Interaksi adalah suatu hubungan timbal balik (feed-back)
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya yang terjadi pada
lingkungan masyarakat atau selain lingkungan masyarakat. Sebagaimana
firman Allah:
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَهاجَرُوا وَجاهَدُوا بِأَمْوالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِياءُ
بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلايَتِهِمْ
مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ
النَّصْرُ إِلاَّ عَلى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثاقٌ وَاللَّهُ بِما
تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ. سورة الانفال: 72
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan
orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang
muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap)
orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban
sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi)
jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka
kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan". (QS. al-Anfal:
72)
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang melibatkan orang
lain dalam pemenuhannya. Didalam proses belajar mengajar juga terdapat
kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik dimana pendidik sebagai
pihak yang mengajar dan peserta didik sebagai pihak yang belajar.
Dengan demikian Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung
dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif
sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang
lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan
(dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Dalam
berinteraksi apa saja akan ada dampak yang ditimbulkan, baik dampak yang
positif atau dampak yang negative. Sebagaimana firman Allah:
وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ
لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ. سورة ص: 24
"Dan
sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkumpul sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini". (QS. Shad: 24).
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً
أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا. سورة الفرقان: 20
"Dan
kami jadikan sebahagian kamu cobaan
bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar? dan adalah Tuhanmu maha
Melihat". (QS. al-Furqon:
20)
Didalam
kegiatan pendidikan karena interaksi guru dengan anak didik ini terkadang terjadi
penyimpangan. Penyimpangan yang maksudkan adalah situasi dimana oknum pendidik
memanfaatkan posisinya untuk memperdayai peserta didik. Misalnya, kasus oknum
pendidik menjalin hubungan spesial dengan peserta didik, melakukan pelecehan
terhadap peserta didik dengan iming-iming kelulusan, dan lain sebagainya.
Oleh
karena itu, Interaksi edukatif yang merupakan interaksi dalam dunia pendidikan,
agar dapat diterapkan dengan beberapa prinsipnya yang diharapkan mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pendidikan
tersebut dan mampu mencapai indikator keberhasilan dalam pendidikan.
a.
Membangun interaksi edukatif
Pendidikan merupakan suatu keharusan yang
diberikan kepada anak didik. Peserta didik sebagai manusia yang berpotensi
perlu dibina dan dibimbing dengan perantara pendidik. Sebagai manusia yang
berpotensi, maka didalam diri peserta didik ada suatu daya yang dapat tumbuh
dan berkembang disepanjang usianya. Potensi peserta didik sebagai daya yang
tersedia, sedangkan pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk mengembangkan daya
itu. Bila peserta didik adalah sebagai komponen inti dalam kegiatan pendidikan,
maka peserta didik lah sebagai pokok persoalan dalam interaksi edukatif.
Interaksi yang berlangsung disekitar kehidupan
manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif, yakni
interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan
perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai pendidikan ini dalam dunia
pendidikan disebut sebagai interaksi edukatif (interkasi pembelajaran).
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحاتِ وَتَواصَوْا بِالْحَقِّ وَتَواصَوْا بِالصَّبْرِ. سورة العصر:
3
"Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran". (QS. al-'Ashr:
3).
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan
aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga
interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur
interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu,
interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara
pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
Proses interaksi edukatif adalah suatu proses
yang mengandung sejumlah norma. Semua norma itulah yang harus pendidik transfer
kepada peserta didik. Karena itu, wajarlah bila interaksi edukatif tidak
berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh makna. Interaksi edukatif sebagai
jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan yang
mengantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima anak
didik.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa interaksi
edukatif adalah hubungan dua arah antara pendidik dan peserta didik dengan
sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan pengertian interaksi edukatif
tersebut, diperjelas lagi oleh beberapa tokoh pendidikan dibawah ini, antara
lain:
1)
Shuyadi dan Abu Achmadi: pengertian interaksi
edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak
didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
2)
Sadirman A.M: pengertian interaksi edukatif dalam pengajaran
adalah proses interaksi yang disengaja, sadar akan tujuan, yakni untuk
mengantarkan anak didik ketingkat kedewasaannya.
Edi Suardi merinci ciri-ciri interaksi belajar
mengajar sebagai berikut :
1)
Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan,
yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu.
2)
Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang
direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi
perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan.
4)
Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu
penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian
rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan.
5)
Ditandai dengan adanya
aktivitas siswa.
6) Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa
merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya belajar mengajar. Aktivitas siswa
dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental aktif.
7)
Dalam interaksi
belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai
pembimbing ini, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar
terjadi proses interaksi yang kondusif.
8) Didalam interaksi belajar-mengajar dibutuhkan disiplin.
9)
Ada batas waktu.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengertian interaksi edukatif guru dengan siswa
adalah suatu proses hubungan timbal balik (feed-back) yang sifatnya komunikatif
antara guru dengan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan, dan
bersifat edukatif, dilakukan dengan sengaja, direncanakan serta memiliki tujuan
tertentu.
b.
Mengantisipasi interaksi negative
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi
positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang
mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan
kesalahan-kesalahan.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ r
: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا ،
أَوْ لِيَصْمُتْ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ
يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ.رواه البخاري
Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasululloh Saw telah bersabda :
“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian, hendaklah ia berkata yang baik, atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian hendaklah ia menghormati tetangganya.dan hendaklah ia memuliakan tamunya". (HR. al-Bukhari)
“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian, hendaklah ia berkata yang baik, atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian hendaklah ia menghormati tetangganya.dan hendaklah ia memuliakan tamunya". (HR. al-Bukhari)
Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak
disadari oleh guru dalam pembelajaran antara lain:
1)
Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2)
Menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3)
Menggunakan destruktif discipline,
4)
Mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus
(perbedaan individu) peserta didik,
5)
Merasa diri paling pandai di kelasnya,
6)
Tidak adil (diskriminatif), serta
7)
Memaksakan hak peserta didik (Mulyasa,
2005:20).
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut
maka seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi
tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:
1)
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik,
2)
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi
teladan peserta didik,
3)
Kompetensi profesional adalah kamampuan
penguasaan materi pelajaran luas mendalam,
4)
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik,
sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sikap
dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon hanya akan timbul, apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang dikehendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan
sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif
negati, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai
potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2000: 15).
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan
perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat hindari, diantaranya:
1)
Menyiapakan
tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa
secara utuh.
2)
Guru
merupakan key succes factor dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru
siswa mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru
sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku.
3)
Budi
pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah.
4)
Adanya
kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar