LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah
Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
Dosen Pembimbing:
Drs. Harsunu Joko
Susilo, M. Pd
Disusun oleh;
Mariyanto
Chabib Rochmatulloh
M. Nurhadi Al
Firdaus
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAKHUL ‘ULA
NGLAWAK-KERTOSONO
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi
tugas mata
kuliah Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu serta
menambah wawasan tentang
“Landasan-landasan Bimbingan dan
Konseling”. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada rekan-rekan dan semua
pihak yang telah membantu, sehingga
makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati
kami sangat mengharapkan kritik
dan
sarannya yang
bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena
kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah
SWT. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi
para penulis pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Kediri, 10 Januari 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan
dan Konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai
sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa
dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu
landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan
pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik
maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta
mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima
jasa layanan (klien). .
Agar
aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai
bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para
penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan
bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa
ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya..
Berbagai
kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan
konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai
“polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan
bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan
tingkat pemahaman dan penguasaan konselor tentang landasan bimbingan dan
konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan
secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.
Oleh
karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan
konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan
tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah
bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian landasan bimbingan dan konseling?
2.
Apa
saja landasan-landasan bimbingan dan konseling?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian landasan bimbingan dan konseling
2.
Untuk
mengetahui landasan-landasan bimbingan dan konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan
di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (pusat bahasa diknas.go.id) diartikan sebagai alas, dasar,
atau tumpuan. Adapun secara istilah, landasan sebagai dasar dikenal pula
sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa
landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik
tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya
sesuatu hal.
Sedangkan menurut pakar, Bimbingan yaitu
suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman
diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.[1]
Adapun Konseling
merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik.
Konseling suatu jenis
pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseli merupakan
bagian terpadu dari bimbingan dua orang individu, dimana konselor berusaha
membantu konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam
hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.[2]
Jadi, Landasan dalam bimbingan dan konseling pada
hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan
bimbingan dan konseling. Ibarat
sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi
yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak
memiliki fundasi yang kokoh, maka
bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan
bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang
kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling
itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya
(klien).
B. Landasan-landasan Bimbingan dan Konseling
Membicarakan
tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda
dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti
landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun
landasan pendidikan secara umum. Landasan Bimbingan dan Konseling menunjukkan
urgensi diadakannya BK. Berikut beberapa Landasan BK:
1. Landasan religius
a.
Manusia sebagai mahluk Alloh
Manusia adalah mahluk Alloh yang
memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh
dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang
akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
b. Sikap keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara
kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap
keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan
diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari
penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
- Peranan agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama
hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien
sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga
agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai
pedoman hidup ia memiliki fungsi:
1)
Memelihara fitrah
2)
Memelihara jiwa
3)
Memelihara akal
4)
Memelihara keturunan
Dalam pembahasan ini kita
dapat mengetahui beberapa point yang berhubungan dengan agama kita yaitu Islam,
seperti keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan,
sama halnya dengan kita yang diciptakan oleh Allah SWT. Kemudian sikap yang mendorong perkembangan
dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah
agama, sebagaimana kita telah diajarkan dalam Islam kaidah-kaidah apa saja yang
seharusnya dipakai dalam kehidupan bermasyarakat.[3]
2. Landasan filosofis
Kata filosofis atau filsafat berasal dari bahasa Yunani:
Philos berarti cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti
kecintaan terhadap kebijaksanaan. Sikun pribadi mengartikan filsafat sebagai
suatu “usaha manusia untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala
yang ada, dan apa makna hidup manusia dialam semesta ini”.[4]
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya, manusia juga belajar mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya, semua itu terjadi berkat individu tersebut
telah belajar dari apa yang telah dilihat dan didengarnya.
Selain itu manusia juga disebut makhluk, di tinjau dari Islam pengertian
makhluk ini memberikan pemahaman bahwa ia terikat pada Khaliknya atau
Penciptanya, yaitu keterikatan sebagaimana menjadi dasar penciptaan manusia itu
sendiri. Manusia juga makhluk yang
tertinggi dan termulia derajatnya dan paling indah diantara segenap makhluk
ciptaan Sang Pencipta. Maka dari itu
manusia bisa dijadikan pemimpin bagi makhluk lainnya. Apabila manusia memiliki ketidaksempurnaan dan kelemahan maka akan terjadi
pembalikan dari yang tertinggi derajatnya menjadi yang terendah derajatnya.[5]
3. Landasan historis
Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama
dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu
dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono. Mereka menekankan upaya-upaya
untuk mengembangkan dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato dipandang
sebagan koselor Yunani Kuno karena dia telah menaruh perhatian besar terhadap
masalah-masalah pemahaman psikologis individu seperti menyangkut aspek isu-isu
moral, pendidikan, hubungan dalam masyarakat dan teologis.
a.
Perkembangan BK dibarat
Sampai awal abad ke-20 belum ada
konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani
oleh para guru.
Gerakan bimbingan disekolah mulai
berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang
para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis,
seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan
pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah
tersebut.
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan
program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson,
Carlr. Rogers.
Bradley dan Stiller menjelaskan tahapan
tentang sejarah bimbingan sebagai berikut:
1)
Vocational exploration: Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan
pasaran kerja
2)
Metting Individual Needs: Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting
memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini
dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
3)
Transisional Professionalism: Tahapan yang memfokuskan perhatian
kepada upaya profesionalisasi konselor
4) Situasional
Diagnosis: Tahapan
sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada
analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya
terpusat pada individu.
b.
Perkembangan BK di Indonesia
Layanan BK di industri Indonesia
telah mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai dengan adanya perubahan
sistem pendidikan di SMA yakni dengan adanya program penjurusan, program
penjurusan merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa kejurusan
yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Puncak dari usaha ini didirikan
jurusan Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri, salah
satu yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama
Universitas Pendidikan Indonesia).
Dengan adanya gagasan sekolah
pembangunan pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian.
Gagasan sekolah pembangunan ini dituangkan dalam program sekolah menengah
pembangunan persiapan, yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem
persekolahan Cuma menjadi sekolah pembangunan.
Sistem sekolah pembangunan tersebut
dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di IKIP. Badan pengembangan
pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar
rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan melalui
proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan
bimbingan pada PPSP.
Secara resmi BK di programkan
disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975 berdiri ikatan petugas
bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU
No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang
kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal
27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan.
Perkembangan BK di Indonesia semakin
mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi ABKIN (Asuransi Bimbingan dan Konseling
Indonesia) tapa tahun 2001.
4. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam bimbingan konseling berarti memberikan pemahaman
tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Terkadang ada tingkah laku yang sejalan
dengan norma dan ada yang jauh dari norma agama. Maka dari itu kita harus mengaitkan semua itu
dengan norma-norma yang tepat dalam ajaran Islam. Jika klien memiliki tingkah
laku yang jauh dari norma, maka solusi apa yang kita berikan padanya, misalnya
kita memberikan pengertian tentang akhlak-akhlak terpuji yang di sukai Allah
atau sebaliknya, sehingga dia dapat mengambil kesimpulan sendiri dan mengerti
apa yang harus dia lakukan kedepannya. Hal
ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah
laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.[6]
Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada
dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi
dengan lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami
berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu
berlangsung secara linier (sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang
dijunjung tinggi), tetapi bersifat fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau
diskontinuitas perkembangan.[7]
5. Landasan sosial budaya
Kebudayaan
akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan
masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan
kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan
komunikasi dan lain-lain.[8]
MC Daniel memandang setiap anak,
sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga
tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat
diterima dalam budaya tersebut.[9]
Tolbert memandang bahwa organisasi
sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan
masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap,
kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh
organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan
dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya,
tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan
kelompok-kelompok yang dimasukinya.[10]
Bimbingan konseling harus
mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan
pelayanan yang lebih efektif.
6. Landasan ilmiah dan teknologi
Pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang
menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan
layanan itu secara berkelanjutan.
a.
Keilmuan bimbingan dan konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah
berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis
dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan
konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang
menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling
ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4
fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan
pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling
dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku
teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan
konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
b.
Peran ilmu lain dan teknologi dalam bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling merupakan
ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu
yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan
tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi
memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat
penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
c.
Pengembangan bimbingan konseling melalui penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan
bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran
dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam
praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula
hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek
bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan
dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju
jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan BK.
7. Landasan pedagogis
Pendidikan
itu merupakan salah satu lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai
sarana reproduksi sosial.[11]
a. Pendidikan sebagai upaya
pengembangan Individu
Pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat
menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa
pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan
dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
b.
Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.
Bimbingan dan konseling
mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Bimbingan dan
Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar, belajar untuk memahami
lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara
efektif berbagai pemahaman. Dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta
sikap-sikap baru. Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru
bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
c.
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan
konseling
Tujuan
Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga
menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena
program-program bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan
individu, khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier,
Kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan
menengah. Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang
keberhasilan pendidikan pada umumnya. Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan disekolah.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya
oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan
konseling. Sebagai sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling
harus dibangun di atas landasan yang kokoh. Karena landasan bimbingan dan
konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya layanan bimbingan dan
konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
Landasan adalah dasar dasar yang harus kita ketahui untuk mengetahui
macam-macam kategori masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Dan bimbingan dan
konseling memerlukan sejumlah landasan yaitu; landasan filosofis, landasan
historis. landasan religius,
landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan tekhnologi serta landasan pedagogis.
B. Saran
Landasan adalah hal yang pokok didalam mencapai suatu
tujuan. Dengan mengetahui landasan-landasan dalam bimbingan dan konseling
diharapkan dapat membantu peserta didik didalam pelaksanaan pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Luddin, Abu Bakar M. Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan
Praktek. Bandung: Citapustaka Media Peirntis. 2010.
Natawidjaya, Rochman. Psikologi Pendidikan Jakarta: Rineka
Cipta. 1987
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2004
Sukardi, Dewa
Ketut & Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah .Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Formal, Nonformal dan Informal. Yogyakarta: CV.Andi
Offset. 2013.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di
Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2013.
Yusuf, Syamsu & A.
Juntika Narihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja
Rosdakarnya. 2006.
[1] Dewa Ketut
Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 2.
[3] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Rineka Cipta,
2004), 135-180
[4] Syamsul Yusuf, A. Juntika Narihsan, Landasan
Bimbingan dan Konseling (Bandung: Remaja Rosdakarnya, 2006), hal. 106
[5]
Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Formal, Nonformal dan Informal. (Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2013), 36-38.
[7] Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan
Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009), 157-158
[11] Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling: Tinjauan Teori dan
Praktek, (Bandung: Citapustaka Media Peirntis, 2010), 29
[12] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di
Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar