POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING
MAKALAH
Untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah
Metode
Penelitian Pendidikan Kuantitatif
Dosen
Pembimbing:
Dr.
H. Muhammad Thoyib, S.Pd.I, M.Pd
Disusun oleh;
Rusdiyanto
Chabib
Rochmatulloh
Mariyanto
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAKHUL ‘ULA
NGLAWAK-KERTOSONO
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling dengan tepat waktu. Dan semoga sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Kami mengakui bahwa kami hanyalah
manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu tidak ada hal
yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna begitu pula dengan makalah ini.
Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam penulisan makalah
ini. Kami melakukan semaksimal mungkin dan dengan kemampuan yang kami miliki.
Dengan
menyelesaikan makalah ini kami berharap makalah Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga dengan adanya
makalah ini dapat membantu kita dalam memahami dan mengamalkannya dalam penelitian demi kesejahteraan
masyarakat.
Kediri, 18 Januari 2017
Penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu bagian dalam desain
penelitian adalah menentukan populasi dan sampel penelitian. Dewasa ini,
kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan penarikan sampel, karena metode
penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan waktu
dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode sensus. Pengambilan
sebagian dari keseluruhan objek, dan atas hasil penelitian suatu keputusan atau
kesimpulan mengenai keseluruhan objek populasi dibuat, disebut sebagai metode
penarikan sampel (sampling). Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti atau
menyelidiki karakteristik objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan
antara lain: objek yang diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti
bersifat homogen, tidak mungkin meneliti secara fisik seluruh objek dalam
populasi, untuk menghemat biaya, untuk menghemat waktu dan tenaga, serta
keakuratan hasil sampling.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan
oleh Kultsum al Khuza'i:
عَنْ
كُلْثُومٍ الْخُزَاعِيِّ ، قَالَ : أَتَى النَّبِيَّ r
رَجُلٌ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، كَيْفَ لِي أَنْ
أَعْلَمَ إِذَا أَحْسَنْتُ أَنِّي قَدْ أَحْسَنْتُ ، وَإِذَا أَسَأْتُ أَنِّي قَدْ
أَسَأْتُ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ r:
إِذَا قَالَ جِيرَانُكَ : قَدْ أَحْسَنْتَ ، فَقَدْ أَحْسَنْتَ ، وَإِذَا قَالُوا
: إِنَّكَ قَدْ أَسَأْتَ ، فَقَدْ أَسَأْتَ.رواه ابن ماجة
Dari
Kultsum Al Khuza'i dia berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah
di datangi seorang laki-laki seraya berkata; "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah saya bisa mengetahui diriku jika telah berbuat baik atau berbuat
jahat?" maka beliau menjawab: "Jika tetanggamu mengatakan bahwa kamu
telah berbuat baik, berarti kamu telah berbuat baik. Namun jika tetanggamu
mengatakan bahwa kamu berbuat jahat, berarti kamu telah berbuat jahat." (HR. Ibn Majah)
Dalam penelitian yang menggunakan
sampel sebagai unit analisis, baik pada penelitian dengan pendekatan
kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan kualitatif, setidaknya terdapat
dua hal yang menjadi masalah atau persoalan yang dihadapi, yaitu: pertama, bahwa
persoalan sampling adalah proses untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi.
Di sini sampel harus benar-benar bisa mencerminkan keadaan populasi, artinya
kesimpulan hasil penelitian yang diangkat dari sampel harus merupakan
kesimpulan atas populasi. Sehingga masalah yang dihadapi adalah bagaimana
memperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili elemen
lain dalam populasi atau mencerminkan keadaan populasi. Kedua, masalah yang
dihadapi dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah
tentang bagaimana proses pengambilan sampel, dan berapa banyak unit analisis
yang akan diambil. Sehingga masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan
sampel manakah yang cocok dengan karakteristik
populasi, tujuan dan masalah penelitian yang akan dikaji. Selain itu berapa
banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample size) yang akan dilibatkan
dalam kegiatan penelitian.
B . Rumusan Masalah
Berangkat
dari latar belakang diatas penulis akan berusaha memaparkan tentang;
1.
Populasi
2.
Sampel
3.
Teknik Sampel
C. Tujuan Masalah
Untuk
mengetahui tentang Populasi, Sampel, dan Teknik Sampel
BAB II
PEMBAHASAN
A. Populasi
Kata populasi (population/universe)
dalam statistika merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas
yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan).
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek
atau obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu, yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya. Populasi tidak
hanya berupa orang, tetapi bisa juga berupa benda yang lainnya.[1] Misalnya populasi bank swasta di Indonesia, tanaman, rumah,
alat-alat perkantoran, dan jenis pekerjaan.
Berikut ini pengertian populasi dari para ahli:
1.
Sugiyono memberikan pengertian bahwa: Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.[2]
3.
Nawawi menyebutkan bahwa, populasi adalah totalitas semua
nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun
kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang
lengkap.[4]
4.
Riduwan dan Tita Lestari mengatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek
penelitian.[5]
5.
Djarwanto menjelaskan populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau
individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan- satuan
tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-orang,
institusi-institusi, benda-benda, dst.[6]
Dari beberapa pendapat diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa: populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat- syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian.
Terdapat dua jenis populasi, yaitu
populasi terbatas dan populasi tak terbatas (tak terhingga). Populasi terbatas
yaitu mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga
dapat dihitung jumlahnya. Sedangkan populasi tak terbatas yaitu sumber datanya
tidak dapat di tentukan batasan-batasannya sehingga relatif tidak dapat
dinyatakan dalam bentuk jumlah.[7]
Berdasarkan sifatnya populasi dapat
dibedakan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen. Populasi homogen
adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama sehingga tidak perlu
mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.Sedangkan populasi heterogen adalah
sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda (bervariasi)
sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.[8]
Dengan demikian, dilihat dari
jenisnya, populasi dapat dibedakan populasi terbatas dengan populasi tak
terbatas, sedangkan dari sifatnya, terdapat populasi homogen dan populasi heterogen.
B. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi.
Sampel dapat diartikan sebagai
bagian dari populasi yang mewakili secara keseluruhan sifat dan karakter dari
populasi. Sebagai gambaran sederhana sampel dibutuhkan sebagai acuan untuk
memberi gambaran sederhana seperti seseorang yang membeli rambutan. Seorang
pembeli yang pintar biasanya akan memilih secara acak (random) dari rambutan
yang dijajakan untuk menghindari adanya kecurangan yang dilakukan oleh
pedagang. Rasa buah rambutan yang dicicipi akan menjadi alat tafsiran mengenai
rasa seluruh rambutan yang ada.
Sampel
menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
1. Arikunto menjelaskan, sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika kita hanya akan meneliti
sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.[9]
2. Nana Sudjana dan Ibrahim menyatakan
bahwa sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat
yang sama dengan populasi.[10]
3.
Sugiyono
memberikan pengertian bahwa, sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karateristik yang dimiliki oleh populasi.[11]
4.
Soehartono
menyatakan bahwa sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang akan diteliti
dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya.[12]
5.
Gulo menjelaskan Sampel
sering juga disebut "contoh" yaitu himpunan bagian/subset dari suatu
populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi.[13]
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Atau sampel juga bisa disebut sebagai bagian kecil dari anggota
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu yang dapat mewakili
populasinya.
Sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal
berikut:[14]
1. Peneliti
bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah
populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
2. Penelitian
bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti
mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih
luas.
Penggunaan
sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya:[15]
1.
Ukuran populasi
Dalam hal
populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak
diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama
sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu. Demikian juga
dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis
untuk mengumpulkan data dari seluruh populasi.
2.
Masalah biaya
Besar-kecilnya
biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin
besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila
objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh karena itu, sampling
ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3.
Masalah waktu
Penelitian
sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi.
Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan
diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4.
Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak
penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena dapat
merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua darah dari
tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga tidak
mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian
harus dilakukan hanya pada sampel.
5.
Masalah ketelitian
Masalah
ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat
dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini meliputi pengumpulan,
pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu
ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam melaksanakan
tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel
memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6.
Masalah ekonomis
Pertanyaan
yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah kegunaan dari hasil
penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika
tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel
pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian populasi.
Jadi, Sampel digunakan jika populasi
yang di teliti besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari seluruh populasi.
Kendala tersebut dapat terjadi karena adanya keterbatasan biaya, tenaga dan
waktu yang di miliki peneliti. Sampel yang akan digunakan dari populasi
haruslah benar-benar dapat mewakili populasi yang diteliti. Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi,
adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat menggambarkan
karakteristik populasi.
C. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.[16] Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.[17]
Secara
umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, random sampling dan
non random samping.[18]
Atau disebut juga probability sampling dan non probability sampling.[19]
Dan dalam makalah ini kami batasi dengan hanya membahas Random sampling
atau probability sampling.
Random
sampling atau probability sampling adalah cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada
setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan
dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan
25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Teknik
ini meliputi: simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster)
sampling (sampling menurut daerah).[20]
1. Simple Random Sampling
Dinyatakan simple (sederhana) karena
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu.[21] Simple random sampling
adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit
sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang
terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili
populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu
populasi tidak terlalu besar.[22] Misal, populasi terdiri dari 500
orang mahasiswa program S1 (unit tampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak
150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara
undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Teknik ini dapat digambarkan di
bawah ini.
2. Proportionate Stratified Random Sampling
Stratified
random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat
atau berlapis-lapis.[23] Teknik ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.[24] Suatu organisasi yang mempunyai
pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu
berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST =
900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata
pendidikan tersebut yang diambil secara proporsional jumlah sampel.
3. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.[25] Misalnya pegawai dari PT tertentu
mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan
S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan
empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu
terlalu kecil bila dibandingkan denan kelompok S1, SMU dan SMP.
4. Cluste Sampling (Area Sampling)
Teknik ini disebut juga cluster
random sampling. teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari
individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster.[26] Teknik sampling daerah digunakan
untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat
luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk
menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.[27]
Misalnya di Indonesia terdapat 30
propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15
propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena
propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling. Contoh lainnya, apabila penelitian
dilakukan terhadap populai pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan
langsung pada semua pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau
cluster.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu juga dengan secara sampling.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu juga dengan secara sampling.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Populasi
adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang ditentukan. Dilihat dari jenisnya, ada populasi terbatas
dan populasi tak terbatas, sedangkan dari sifatnya, terdapat populasi homogen
dan populasi heterogin.
Sampel
adalah sebagai bagian kecil dari anggota
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu yang dapat mewakili populasinya.
Sampel diambil dari populasi yang besar yang tidak memungkinkan
diambil data secara keseluruhan karena berbagai hal, seperti waktu, biaya dan
lain sebagainya.
Teknik
Sampling merupakan cara pengambilan sampel. Diantara teknik sampling tersebut
ada teknik probability sampling. Yaitu suatu teknik sampling yang
memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, teknik ini terdiri atas: simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster)
sampling
B. Saran
Penelitian tidak akan lepas dari populasi,
sampel, dan teknik sampling. Ketika unsur-unsur dari penelitian ini dapat
dilaksanakan dengan semestinya maka akan dapat menghadirkan penelitian yang
valid.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo.
Statistik Induktif. Jogyakaryta: BPFE Jogyakarta. 1994.
Nawawi, Hadari. Metode
Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1985.
Nazir, Muh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
1983.
Nurhayati, Siti. Metode Penelitian Praktis. (edisi ke-2)
Pekalongan: Usaha Nasional. 2012.
Riduwan dan Tita Lestari. Dasar-dasar Satistika. Dasar-dasar
Statistika – Edisi Pertama. Bandung:
Alfabeta. 1997.
S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta. 2009.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung:
PT.Remaja rosdakarya. 2004.
Sudjana, Nana. dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2004.
Sugiyono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif.
Kualitatf. dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2016.
W. Gulo. Metodologi Penelitian Jakarta: Grasindo. 2010.
[1] Siti Nurhayati, Metode Penelitian Praktis. ( edisi ke-2 )
(Pekalongan: Usaha Nasional, 2012), 36
[2] Sugiyono, METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatf, dan R&D), (Bandung: Alfabeta,
2016), 117
[4] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1985), 141
[5] Riduwan dan Tita Lestari, Dasar-dasar Satistika, Dasar-dasar
Statistika – Edisi Pertama, (Bandung:
Alfabeta, 1997), 3
[6] Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo,
Statistik Induktif, (Jogyakaryta: BPFE Jogyakarta, 1994), 420
[10] Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), 85
[19] Sugiyono, METODE. …, 119
Tidak ada komentar:
Posting Komentar