IDENTITAS BUKU
Judul : MEDIA PENGAJARAN
Pengarang : Dr. Nana Sudjana – Drs. Ahmad Rivai
Penerbit : Sinar Baru Algesindo Offset, Bandung 2013.
Mengajar
|
Daftar isi : Bab 1 Penggunaan Media Pengajaran Dalam Proses Belajar
Bab 2 Keterbacaan Visual Sebagai
Media Pengajaran
Bab 3 Media Grafis (Grafika)
Bab 4 Gambar Fotografi
Bab 5 Media Proyeksi
Bab 6 Media Audio
Bab 7 Media Tiga Dimensi
Bab 8 Lingkungan Sebagai Media
Pengajaran
Daftar Literatur
Riwayat Penulis
BAB I
PENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR
A.
Kandungan Isi Bab 1
Kedudukan media pengajaran ada dalam
metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi
antara guru dan siswa, serta siswa dan lingkungannya. Oleh sebab itu fungsi
utama dari media penagjaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yaitu untuk
menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan oleh pengajar.
Melalui media pengajaran diharapkan
dapat membantu mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya
dapat memprtinggi hasil belajar siswa.
B.
Perbandingan
Salah
satu upaya untuk peningkatan proses pembelajaran adalah penggunaan media secara
efektif mempertinggi kualitas yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar (Hujair AH. Sanaky, 2009:1-2).
Guru
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas yang
dilaksakannya. Untuk memenuhi hal tersebut diatas, guru dituntut mampu
mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa
sehingga mau belajar karena memang siswalah subyek utama dalam proses belajar
(Usman, 2004:21).
Dalam
sistem pendidikan modern fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan
perlu dibantu dengan media pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif. Hal ini disebabkan karena pekerjaan guru adalah
pekerjaan professional yang membutuhkan kemampuan dan kewenangan (Hamalik,
1989: 4).
C.
Kesimpulan
Media
pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara
dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai
tujuan pengajaran. Dalam pengertian lebih luas media pembelajran adalah alat,
metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di
kelas.
Efektifitas
penggunaan media pembelajaran adalah suatu usaha, sejauh mana usaha dalam
pembelajaran dengan menggunakan alat bantu (media) dalam pencapaian suatu
tujuan yang telah direncanakan.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ
أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلا. سورة الإسراء: 42
Katakanlah:
“Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.(QS. Al-Isra': 42).
Ayat diatas mengatakan
bahwa setiap orang yang melakukan suatu perbuatan, mereka akan melakukan sesuai
keadaannya (termasuk di dalamnya keadaan alam sekitarnya) masing-masing. Hal
ini menjelaskan bahwa dalam melakukan suatu perbuatan memerlukan media agar hal
yang dimaksud dapat tercapai.
BAB II
KETERBACAAN VISUAL SEBAGAI MEDIA
PENGAJARAN
A.
Kandungan Isi Bab 2
Hasil penelitian tentang keterbacaan
visual dihubungkan dengan hasil belajar. Hasilnya adalah bahwa visualisasi
pesan pada kedua kutub, yang abstrak dan konkret membawa pengaruh yang sama
terhadap hasil belajar siswa. Dapat dikatakan juga penggunaan gambar yang
kurang jelas dapat membingungkan siswa. Begitu juga denagn gambar yang terlalu
jelas dapat juga membingungkan siswa.
Penggunaan media visual dalam proses belajar
mengajar perlu memperhatikan keterbacaan visual untuk mencapai tujuannya yaitu
pesan tersampaikan kepada murid dengan efektif. Untuk merancang media visual
perlu memperhatikan susunannya yaitu kesederhanaan, keterpaduan, komposisi,
penekanan, keseimbangan, ruang, tekstur, dan warna yang berguna untuk
mempertinggi motivasi belajar dan daya tarik siswa.
B.
Perbandingan
Menurut Fathurrohman (2007: 67)
mengungkapkan bahwa : “media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film
strip, slide foto, gambar atau lukisan dan cetakan.Ada pula media visual yang
menampilkan gambir atau symbol yang bergerak seperti film bisu dan film
kartun”.
Selanjutnya menurut Wibawa dan Mukti
(1992: 27): “media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan
media visual gerak. Media visual diam antara lain : foto, ilustrasi, flash
card, gmbar pilihan dan potongan gambar,
film bingkai, film rangkai, transparansi, proyektor tak tembus pandang,
mikrofis, overhead proyektor, stereo proyektor, mikro proyektor dan
tachitoscopes. Serta grafis, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan
globe.Sedangkan media visual gerak meliputigambar-gambar proyeksi bergerak
seperti film bisu, film kartun dan sebagainya”.
Media visual (Daryanto,
1993:27) artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang
bias dinikmati lewat panca indera mata.
Didalam islam juga dijelaskan
tentang visualisasi terhadap apa-apa yang memang belum dapat dijangkau oleh
akal kita.
يَوْمَ تَرَى
الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِناتِ يَسْعى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَبِأَيْمانِهِمْ بُشْراكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهارُ. سورة الْحَدِيدِ: 12
"Pada hari
engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa
cahaya mereka bersinar didepan, dan disamping kanan mereka, (dan dikatakan
kepada mereka) 'pada hari ini ada berita gembira untukmu, yaitu surge-surga
yang dibawahnya mengalir sungai-sungai…". (QS. Al Hadid: 12).
Dalam ayat ini lafadz "ترى
" bermakna melihat, karena kita belum dapat melihat kondisi surga yang
sebenarnya maka dalam ayat ini Alloh memerintahkan orang iman bervisualisasi
akan surga.
C. Kesimpulan
Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan sikap
dan keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar
yang diatur guru pada hakikatnya mempelajari lambang-lambang verbal dan visual,
agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Tampilnya lambang-lambang
visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa lebih mudah
memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran.
Tampilan lambang-lambang visual untuk memperjelas lambing verbal
memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam
proses pengajaran, Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan
hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya atau
realisme.
BAB III
MEDIA GRAFIS (GRAFIKA)
A.
Kandungan Isi Bab 3
Media grafis didefinisikan sebagai
media yang mengkombinasikan fakta dan gagsan secara jelas dan kuat melalui
suatu kombinasi penggunaan kata-kata dan gambar-gambar. Penggunaan media grafis
ini memiliki hubunagn satu sama lain dari masing-masing komponennya.
Jenis dari media dan merupkan
komponen dari media grafis adalah bagan, diagaram, grafik, poster, kartun, dan
komik. Setiap komponen tersebut memiliki kelebiahn masing-masing dan memiliki
keunikan terutama dalam panggunaannya dalam proses belajar mengajar.
B. Perbandingan
Nana Sudjana dkk
(2009: 19-20) mendefinisikan Istilah grapich atau garphics adalah
material yang mempunyai arti yang luas, bukan hanhya sekedar menggambar. Dalam
bahasa Yunani, Graphikos mengandung pengertian melukiskan atau menggambarkan
garis-garis. Sebagai kata sifat, graphics diartikan sebagai penjelasan yang
hidup, uraian yang kuat, atau penyajian yang ifektif.
Sedangkan Sadiman (1996: 28-29) Secara khusus
grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, menjelas sajian ide, mengilustrasikan
atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan apabila
tidak digarafiskan.
Pandangan al-Qur’an terhadap media dan alat pembelajaran,
antara lain dapat dilihat dalam kandungan surat al-Maidah ayat 31:
فَبَعَثَ
اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْءَةَ
أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ
فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ. سورة المائدة: 31
“Kemudian
Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan
kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya.
Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena
itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.” (QS. Al-Maidah: 31).
Sebagian mufassir menjelaskan bahwa
setelah Qobil mengamati apa yang dilakukan oleh burung gagak dan mendapatkan
pelajaran darinya, dia berkata:” Aduhai celaka besar, mengapa aku tidak mampu
berbuat seperti burung gagak itu, lalu menguburkan mayat saudaraku (untuk
menutupi bau busuk yang ditimbulkannya)?. Karena itu dia menjadi orang yang
menyesal akibat kebodohannya, kecuali sesudah belajar dari peristiwa gagak
(Shihab: 2002: 97-98).
Peristiwa ini menjadi indikasi bahwa
telah terjadi proses pembelajaran yang menggunakan media belajar berupa
fenomena alam, dengan pengetahuan mengenali sifat, karakteristik dan perilaku
alam.
Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa sejak masa Nabi Adam as. (Manusia pada saat awal kehadirannya) proses
pembelajaran sudah menggunakan media belajar yang telah sampai pada tahap
praeksplorasi fenomena alam, dengan pengetahuan mengenali sifat, karakteristik
dan perilaku alam.
C. Kesimpulan
Media grafis adalah media visual yang
menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat,
angka-angka, dan simbol/gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik
dan diingat orang.
Media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber ke penerima.
Saluran yang dipakain menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan
dismapaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.
Karakteristik media dapat dilihat menurut kemampuan membangkikan
rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecaoan, maupun
penciuman atau kesuaiannya dengan tingkatan hierarki belajar.
BAB IV
GAMBAR FOTOGRAFI
A.
Kandungan Isi Bab 4
Gambar fotografi yang dimaksud adalh
hasil dari foto kamera. Pada dasranya memotret adalah menggambar dengan cahaya.
Oleh karena, itu perlu mengetahui tiga macam kombinasi variabel yang serasi.
Kombinasi variabel tersebut adalah jarak, diafragma, dan kecepatan. Gambar
memiliki sifat dua dimensi. Gambar dua dimensi memiliki karakteristik yamg
berguna untuk memperoleh keuntungan dalam keefektifitasan proses belajar
mengajar.
Karakteristiknya adalah bersifat dua dimensi,
sehinga perlu ditambahkan unsur tiga dimensinya agar kesan yang timbul jelas.
Bersifat diam, sehingga sesuai untuk mengungkapkan fakta yang aktual. Bersifat
rekaman fakta, sesuai untuk tujuan pengajaran yang mengungkapkan rincian
fotografis yang memerlukan ketelitian dalam pengambilan gambar. Berkesan hidup,
karena media memerlukan sentuhan komposisi, keseimbangan, titik perhatian,
pewarnaan dan kualitas teknik.
B. Perbandingan
Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman (1981: 94) mengatakan bahwa
fotografi berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut
mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis
jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya,
atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar
melalui media kamera dengan bantuan cahaya.
Rosululloh SAW bersabda;
إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ خَلْقَهُ فِى ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى عَلَيْهِمْ مِنْ
نُورِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ مِنْ ذَلِكَ النُّورِ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ.
رواه الترمذي
“Sesungguhnya Allah
menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, kemudian Allah memberi cahaya-Nya
kepada mereka. Barang siapa mendapat cahaya-Nya pada saat itu, berarti ia telah
mendapat petunjuk dan barang siapa tidak mendapatkannya berarti ia telah
sesat" (HR. at-Tirmidzi)
C. Kesimpulan
Fotografi merupakan bahasa visual atau gambar yang dalam
proses pembuatannya didukung oleh satuan sosial dalam memindahkan bentuk alam
benda nyata kedalam citra/gambar dua dimensi berupa foto(statis). Fotografi
ada, karena ada faktor pendukung keilmuan fotografi yang merupakan gabungan
satu kesatuan dari beberapa ilmu: diantaranya ilmu alam, ilmu kimia, mekanika,
elektronika dan seni. Tanpa dukungan faktor-faktor tersebut, mustahil fotografi
akan ada.
BAB V
MEDIA PROYEKSI
A.
Kandungan Isi Bab 5
Media proyeksi ini yang dimaksud
adalah media-media yang bersifat memproyeksiakn pesan yang akan disampaikan.
Seperti Overhead projector (OHP), Manfaat
dari OHP dalam pengajaran adalah mempertahankan komunikasi tatap muka antara
guru dan murid. OHP memiliki kelemahan yaitu pemborosan ruang dan waktu dalam
penggunaannya dalam menyampaikan pesan. Media yang kedua adalah slides and strips. Media ini lebih
memiliki kelebihan dibanding dengan OHP. Media ini mampu membangkitkan semangat
belajar siswa dan mampu mendorong siswa untuk bereksperimen.
Media ini mampu mewujudkan yang
semula abstrak menjadi nyata. Namun demikian guru perlu memperhatikan materi
terhadap relevansi pemilhan slides yang sesuai. Kedua media ini merupakan media
yang sering di gunakan guru dalam
menyampaikan pesan dari materi yang di ajarkan.
B. Perbandingan
Arif Sadiman dkk (1986: 208), menjelaskan
OHP (Overhead Projector), merupakan jenis perangkat keras yang sangat
sederhana, terdiri atas sebuah kotak dengan bagian atasnya sebagai landasan
yang luas untuk meletakkan materi pengajaran. Berbagai materi pengajaran bisa
diproyeksikan, termasuk potongan karton, objek kecil dan berbagai jenis
transparan. Dalam kelompok peralatan proyeksi, OHP adalah peralatan yang paling
sederhana. Karena peralatan ini hanya menggunakan sistem optik (lensa-lensa)
dan elektrik (kipas pendingin dan lampu proyektor). OHP berfungsi untuk
memproyeksikan (menyajikan) transparasi.
Adapun Nasution (1982: 122) menjelaskan
bahwa OHP dapat memproyeksikan pada layar apa yang tergambar atau tertulis pada
lembaran plastik transparan. Guru dapat membuat tulisan, catatan atau gambar
pada lembaran transparan itu seperti yang dapat dilakukannya pada papan tulis
dan dapat digunakan tanpa menggelapkan ruangan.
Sedangkan
Pawit Yususf (1990: 97) menjelaskan Media transparansi merupakan satu atau
beberapa lembar plastik bening yang berisi tulisan, gambar, atau
lambang-lambang lainnya yang berkaitan dengan isi pesan untuk disajikan oleh
penyaji.
C. Kesimpulan
Media Proyeksi merupakan salah satu media yang
terklasifikasi pada media visual. Media ini memberikan rangsangan-rangsangan
visual yaitu melalui indera penglihatan. Media ini langsung berinteraksi dengan
pesan yang ingin disampaikan. Masksud pesan disini tentu saja materi pelajaran
yang akan disampaikan. Jadi dengan media proyeksi, materi tersebut dapat
terserap dengan baik.
Dengan menggunakan proyektor, informasi yang akan
disampaikan dapat diproyeksikan ke layar, sehingga informasi berupa: tulisan,
gambar, bagan dll akan menjadi lebih besar dan lebih jelas dilihat oleh siswa.
Penggunaan media proyeksi ini lebih menguntungkan, sebab indera pendengaran dan
penglihatan akan sama-sama diaktifkan melalui sebuah media transparansi yang
telah disiapkan.
BAB VI
MEDIA AUDIO
A.
Kandungan Isi Bab 6
Pengertian media audio sebagai pembelajaran
adalah sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif, yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi
proses belajar mengajar.
Pengembangan media ini sama seperti
media yang lainnya nyaitu memperhatikan tiga aspek utama yang meliputi kegiatan
perencanaan, produksi, dan evaluasi. Manfaat dari edia ini adalah untuk melatih
berbahasa asing, pembelajaran yang berlandaskan pada musik, belajar jarak jauh,
dan belajar mandiri.
B. Perbandingan
Media Audio menurut Sadiman
(2005:49) adalah media untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan dalam
bentuk lambing-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata atau bahasa
lisan ) maupun non verbal.
Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai
(2003:129) Media Audio untuk pengajaran adalah bahan yang mengandung pesan
dalam bentuk auditif ( pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga terjadi proses
belajar-mengajar.
Rosululloh didalam memberikan
penekanan terhadap para shahabatnya juga menggunakan bahasa yang berbeda dengan
biasanya. Seperti dijelaskan oleh shahabat 'Irbadl bin Sariyah;
قَامَ فِينَا
رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ ، فَوَعَظَنَا
مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ، وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا
الْعُيُونُ. رواه ابن ماجة
Pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri memberikan nasehat
(pengarahan) pada kami, dengan nasehat yang jelas, menjadikan hati kami merasa
takut hingga keluar air mata kami karenanya”.
(HR. Ibnu Majah)
C. Kesimpulan
Media Audio (media dengar) adalah
media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata
lain, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan
melalui media audio berupa lambang-lambang auditif baik verbal maupun nonverbal.
Pesan atau informasi yang disampaikan dituangkan ke dalam
lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan sound
effect.Media audio diartikan sebagai media yang mengandung pesan
dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.
BAB VII
MEDIA TIGA DIMENSI
A.
Kandungan Isi Bab 7
Media tiga dimensi berimplementasi
pada penggambaran objek yang hidup maupun yang tidak. Oleh karenanya modal
berpengaruh dalam membantu proses komunikasi dari berbagai benda, baik yanng
terlalu besar, terlalu kecil, terlalu jauh ataupun terlalu dekat sehingga dapat
tersampaikan kepada siswa dan di pahami oleh siswa.
Sebuah model dapat dibuat untuk
memperlihatkan karaktersistik bagian luar saja, misalnya solid model atau
struktur bagian dalam objek misalnya cutaway model, urutan bagian
misalnya build-up model, cara kerja misalnya working model, dan
aspek lain dari benda nyata. Diorama dan bineka merupakan variasi bentuk model
untuk menggambarkan wujud aslinya.
Penggunaan media tiga dimensi dalam
proses belajar mengajar bertujuan untuk memperkenalkan suatu pelajaran
tertentu, proses kerja suatu objek tertentu, serta bagian lain yang perlu di
perhatikan.
B. Perbandingan
Duncan dalam Sadiman (1993:22), dengan mendasarkan pada hirarki
pemanfaatannya, mengklasifikasikan media tiga dimensi ke dalam kelompok media realita,
mencakup pameran dinding dan model.
Sedangkan Briggs dalam Sadiman (1993:24), menggolongkan media tiga
dimensi ke dalam kelompok media menurut hirarki pemanfaatannya obyek dan model.
Rasulullah saw seorang pendidik yang
sangat memahami metode yang baik dalam menyampaikan pengetahuan kepada manusia,
beliau menjelaskan suatu informasi melalui media agar lebih mudah dipahami dan
diserap oleh akal dan jiwa.
عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ : خَطَّ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَّا
مُرَبَّعًا , وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ,وَخَطَّ خُطُطًا
صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ
مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ, وَقَالَ:
(هَذَا الْإِ نْسَانُ, وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيْطَ بِهِ- أَوْ :
قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي
هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ, وَهَذِهِ الْخُطُطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ,فَإِنْ
أَخْطَأَهُ هَذَا , نَهَشَهُ هَذَا, وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا , نَهَشَهُ هَذَا)
(رواه البخارى)
“Nabi S.a.w
membuat gambar persegi empat, lalu menggambar garis panjang di tengah persegi
empat tadi dan keluar melewati batas persegi itu. Kemudian beliau juga membuat
garis-garis kecil di dalam persegi tadi, di sampingnya: (persegi yang digambar Nabi). Dan
beliau bersabda: “Ini adalah manusia, dan (persegi empat) ini adalah ajal yang
mengelilinginya, dan garis (panjang) yang keluar ini, adalah cita-citanya. Dan
garis-garis kecil ini adalah penghalang-penghalangnya. Jika tidak (terjebak)
dengan (garis) yang ini, maka kena (garis) yang ini. Jika tidak kena (garis)
yang itu, maka kena (garis) yang setelahnya. Jika tidak mengenai semua
(penghalang) tadi, maka dia pasti tertimpa ketuarentaan.”(HR. Bukhari)
C. Kesimpulan
Media pembelajaran tiga dimensi,
yaitu media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan
mempunyai dimensi panjang, lebar,dan tinggi / tebal. Media tiga dimensi juga
dapat diartikan sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual
tiga dimensi. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda
asli baik hidup maupun mati, dan dapat berwujud sebagai tiruan yang mewakili
aslinya.
Benda asli ketika akan
difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke
kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana
benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas
atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu
berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran
yang efektif.
BAB VIII
LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA PENGAJARAN
A.
Kandungan Isi Bab 8
Lingkungan
sebagai wadah untuk siswa belajar dapat di maksimalkan untuk memperkaya bahan
dan kegiatan belajar di sekolah. Aturan untuk belajar di lingkungan adalah
dengan survey, berkemah, karya wisata pendidikan, praktik lapangan, pelayanan
pada masyarakat, dan manusia sebagai sumber belajar. Ada tiga macam lingkungan
belajar yaitu lingkungan sosial, lingkungan alami, dan lingkungan buatan.
Tahapan
untuk melaksanakan belajar di lingkunga ada tiga tahapan, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahapan tinadak lanjut. Dalam pelaksanaannya
perlu adanya pengawasan dari guru. Namun dalam laporan pertanggung jawaban
adalah tanggung jawab dari murid. Sedangkan evaluasi adalah milik guru dan
murid.
B. Perbandingan
Munadi (2008: 31-32) menjelaskan, Kondisi lingkungan itu sangat
berpengaruh sekali terhadap proses dan hasil belajar. Sehingga, dilihat dari
sudut pandang kondisi lingkungan, lingkungan ini dapat di bagi menjadi dua,
yaitu lingkungan alam dan lingkungan social. Lingkungan alam seperti keadaan
suhu, kelembapan, kepengapan udara, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan social
adalah yang berkaitan dengan interaksi manusia. Seperti obrolan di sekitar
kelas, teriakan siswa di lapangan. Karena itu, sekolah hendaknya didirikan
dalam lrngkungan yang kondusif untuk belajar.
Untuk menciptakan lingkungan pendidikan
masyarakat yang baik, maka perlu adanya karakter yang baik dari setiap individu
hendaknya setiap individu menghormati individu yang lain dengan berusaha
menjaga hubungan yang baik. Maka haruslah menghindari hasud (iri, dengki),
saling curiga, saling berpaling, serta
mengganggu hak orang lain. Berdasarkan
sabda Rasulullah SAW:
لَا تَحَاسَدُوا،
وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَلَا يَبِعْ
أَحَدُكُمْ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا،
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا
يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا - وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ -، حَسْبُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ
الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ، وَمَالُهُ،
وَعِرْضُهُ ". رواه أحمد
"Janganlah saling menghasud, janganlah saling mencari
kessalahan ,janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi,
janganlah salah seorang dari kalian menjual atas dagangan saudaranya, jadilah
kalian hamba-hamba allah yang bersaudara, seorang muslim adalah saudara muslim
yang lain, janganlah dia mendzhaliminya, janganlah dia merendahkannya,
janganlah dia menghinanya, sesungguhnya taqwa itu ada disini (seraya nabi memberi isyarat dengan meletakkan tangannya di dadanya
sebanyak tiga kali), telah cukup keburukan seorang muslim yang menghina saudara
muslimnya, setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya, darahnya, hartanya dan
harga dirinya". (H.R. Ahmad)
C. Kesimpulan
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar, Sumber belajar
lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pemngetahuan siswa kerena
mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Jadi, kapan saja dan di
mana saja, ketika ada interaksi anatara pebelajar dengan sumber belajar. Tentu
saja guru bukan satu-satunya sumber belajar. Apapun, baik lingkungan, nuansa,
alat, bahan-bahan lain bisa berfungsi sebagai sumber belajar.
Lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu siswa berinteraksi dengan
manusia lain adan dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati.
Jenis lingkungan yang digunakan sebagai sumber belajar diantaranya, lingkungan
sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan.
Prosedur belajar untuk memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar yaitu melalui survey, berkemah, karyawisata
pendidikan, praktik lapangan, nara sumber, dan pelayanan pada masyarakat. Supaya
penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat berhasil secara maksimal.
ANALISIS BUKU
A.
Kesimpulan Buku
Upaya meningkatkan kualitas Pendidikan menjadi tugas dan tanggung
jawab guru. Karena guru lah yang membina para siswa di sekolah melalui proses
kegiatan belajar mengajar. Namun mengupayakan kualitas Pendidikan ini bukanlah
hal yang mudah. Dan buku ini akan memberikan gambaran dan memperkaya wawasan
guru untuk memilih, merancang dan menggunakan media pengajaran yang efektif
sebagai salah satu upaya yang dimaksud.
Saat proses
belajar – mengajar, guru akan mengambil alih seluruh kelas dan menjadi satu
titik yang menjadi pusat pengendali keadaan belajar siswa. Ini adalah sebuah
tantangan bagaimana agar siswa selalu tetap fokus dan tertarik, bersemangat dan
antusias dalam mengikuti kegiatan belajar. Tidak heran, saat guru mengajar di
kelas suasana kelas mulai tidak kondusif dan membosankan, siswa akan
mengalihkan perhatian mereka pada hal lain seperti mengobrol dengan temannya,
melamun, mencoret – coret buku catatan, dan sebagainya. Itu adalah realita yang
sudah sering terjadi. Lalu bagaimanakah agar guru bisa mengurangi dan bahkan
mencegah hal – hal yang telah disebutkan tadi terjadi?
Hal ini menjadi
suatu topik yang perlu dikaji dan dibahas lebih lanjut. Karena dari masa ke
masa hal ini akan terus terjadi. Dari pengkajian hal tersebut muncullah ide dan
inovasi dalam proses belajar mengajar, yaitu dengan cara menginovasi gaya
belajar dengan melibatkan media – media yang menunjang untuk kegiatan belajar.
Media pengajaran ini dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran
yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil hasil belajar yang
dicapainya.
Dalam bukunya
Dr. Nana Sudjana dan Drs. Ahmad Rivai menjelaskan mengapa media pengajaran
dapat mempertinggi proses belajara siswa, diantaranya:
1.
Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.
Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pengajran lebih baik;
3.
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata – mata komunikasi verbal melalui penuturan kata – kata dari guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru
mengajar untuk setiap jam pelajaran;
4.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,
sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain – lain.
Dalam bukunya
penulis menyampaikan penellitian yang dilakukan terhadap penggunaan media
pengajaran dalam proses belajar mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses
dan hasil belajar para siswa menunjukan perbedaan yang berarti antara
pengajaran tanpa media dengan pengajaran menggunakan media. Oleh sebab itu
penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk
mempertinggi kualitas pengajaran.
Melalui bukunya
penulis menyampaikan bahwa melalui media pengajaran diharapkan dapat
mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Beberapa jenis media yang biasa
digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat digolongkan menjadi
media grafis, media proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media
pengajaran.
Buku ini secara
jelas menorehkan tujuan ditulisnya buku ini yakni mencoba menjelaskan
media pengajaran baik yang berkenaan dengan penggunaannya dalam proses belajar
– mengajar maupun pembuatannya sepanjang dimungkinkan oleh para guru.
B. Pelajaran yang dapat diambil
Kemajuan suatu Negara salah satu
unsur yang menopang adalah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan
anak bangsa, cerdas secara jasmani dan rohani. Bukan hanya intelektual tapi
cerdas emosional dan spiritual yang membawa hidupnya pada kebaikan. Upaya untuk
meningkatkan pendidikan menjadi tugas dan tanggung jawab guru, yang membina
serta menanamkan nilai pada anak ketika di Sekolah. Agar apa yang disampaikan
guru itu efektif, tentu butuh kiat-kiat dan variasi agar pembelajaran tidak
membosankan.
Sehubungan
dengan penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran, para tenaga pengajar atau
guru perlu cermat dalam pemilihan dan atau penetapan media yang akan
digunakannya. Kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan media akan menunjang
efektivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Disamping itu juga
kegiatan pembelajaran menjadi menarik sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar, dan perhatian siswa menjadi terpusat kepada topik yang dibahas dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Kecermatan dan ketepatan dalam memilih
media pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti luas sempitnya
pengetahuan dan pemahaman tenaga pengajar tentag kriteria dan faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan serta prosedur pemilihan media pembelajaran.
C. Kelebihan dan kekurangan
Bobot yang
terkandung dalam buku ini bahwa buku ini memang pantas menjadi traffic light
bagi para pendidik karena mengingat proses pembelajaran berjalan dengan samar
seperti angin yang berhembus menggoyangkan pucuk pepohonan, mudah dilihat akan
tetapi sangat sulit menagkalnya, sehingga buku ini hadir ketangan pembaca
sebagai penunjuk jalan, paling tidak pembaca dapat memperoleh gamabaran tentang
metode pembelajaran yang lebih menarik yang kerap kali dilakukan oleh para
pendidik.
Memang dalam buku ini tidak ada
pengkhususan untuk mata pelajaran tertentu, alangkah lebih baiknya jika
dicontohkan secara gamblang bagaimana pemanfaatan untuk 1 mata pelajaran. Juga
sajian buku yang menggunakan kertas buram, menimbulkan kesan lusuh/tua sehingga
“agak” mengurangi semangat membaca.
Tapi diluar itu semua, buku ini dapat
sebagai pedoman untuk para pengajar sebagai pemilihan media pembelajaran. Namun
untuk memilih media yang cocok harus memperhatikan objeknya dan mengkorelasikan
terhadap media yang akan di gunakan untuk mengajar.
REFERENSI TAMBAHAN
1.
Amir Hamzah Suleiman. Media Audio Visual
untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan. Jakarta: PT. Gramedia. 1981.
2. Arif Sadiman dkk, Media Pendidikan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1986.
3. Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 4, 1996.
4. Arief S. Sadiman. dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT.Raja Grafindo Persada. 2005
5. Basyirudin Usman dan Asnawir. Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra
Utama. 2002.
6. Basuki Wibawa dan Farida Mukti. Media Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. 1992.
7. Daryanto. Media Visual untuk Pengajaran Teknik. Bandung: Tarsito. 1993.
8. Eko Susilo Madyo dan Kasihadi. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Effhar
Offset. 1985.
9. Hujair Sanaky AH. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press. 2009.
10. Nana Sudjana dkk, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algesindo, cet. 8, 2009.
11. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya). Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. 2010.
12. Nasution, Teknologi Pendidikan. Bandung: CV Jemars, 1982.
13. Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1990.
14. Oemar Hamalik. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.1989
15. Pupuh Fathurrohman. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama. 2007.
16. Yudhi Munadi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press. 2008.
2. Arif Sadiman dkk, Media Pendidikan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1986.
3. Arief S. Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. 4, 1996.
4. Arief S. Sadiman. dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT.Raja Grafindo Persada. 2005
5. Basyirudin Usman dan Asnawir. Media Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra
Utama. 2002.
6. Basuki Wibawa dan Farida Mukti. Media Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. 1992.
7. Daryanto. Media Visual untuk Pengajaran Teknik. Bandung: Tarsito. 1993.
8. Eko Susilo Madyo dan Kasihadi. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang: Effhar
Offset. 1985.
9. Hujair Sanaky AH. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press. 2009.
10. Nana Sudjana dkk, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algesindo, cet. 8, 2009.
11. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya). Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. 2010.
12. Nasution, Teknologi Pendidikan. Bandung: CV Jemars, 1982.
13. Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1990.
14. Oemar Hamalik. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.1989
15. Pupuh Fathurrohman. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama. 2007.
16. Yudhi Munadi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press. 2008.
Hai ka
BalasHapusAda file buku nya enggak ka?