1
Peran
Sosiologi Pendidikan bagi pendidikan islam
a.
Argumentasi
mendasar dan urgen keberadaan sosiologi pendidikan bagi pendidikan islam
Pendidikan islam pada dasarnya
adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun
rohani. Menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah,
manusia, dan alam semesta. Potensi jasmaniah manusia adalah yang berkenaan
dengan seluruh organ-organ fisik manusia. Sedangkan potensi rohaniah manusia
itu meliputi kekuatan yang terdapat di dalam batin manusia, yakni akal, kalbu,
nafsu, roh, fitrah. Asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia itu memiliki potensi
yang meliputi badan, akal, roh, dan ketiga-tiganya persis seperti segitiga yang
sama panjang sisinya (Asy-Syaibani: 92). Sedangkan Hasan Langgulung menyebutkan
potensi manusia itu: Fitrah, roh, kemauan bebas, dan akal (Hasan Langgulung: 57-58).
Dari beberapa definisi kata perkata
diatas “fungsi dan kontribusi sosiologi pendidikan islam” adalah suatu unit
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sumbangsih atau sumbangan terhadap
dunia pendidikan islam agar dapat mendidik generasi islam sesuai dengan
potensinya supaya menjadi manusia yang mempunyai hubungan yang baik dengan sesama
manusia, alam sekitar dan Alloh sebagai Tuhan yang diyakini.
Beberapa konsep mengenai pengertian
sosiologi pendidikan Islam seperti dalam buku sosiologi pendidikan bahwa
sosiologi pendidikan yaitu ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara
mengenalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan kepribadian
individu yang lebih baik. Sosiologi pendidikan adalah analisis ilmiah atau
proses social dan pola-pola social yang terdapat dalam system pendidikan.[3]
Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi yang
mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector
pendidikan Islam. Walaupun masyarakat sekarang beraneka ragam kultur dan
strukturnya. Adapun beberapa konsep tentang fungsi sosiologi pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:
1)
Sosiologi
terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai proses sosialisasi. Dalam hal ini
sosiologi pendidikan Islam mengutamakan proses bagaimana kelompok social
masyarakat mempengaruhi kelakuan individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur
diharapkan dengan pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam
memperoleh pengalamannya.
2)
Sosilogi
terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam
masyarakat. Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan Islam
yang diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat yang terdiri
dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat menempatkan diri
dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya, maka manusia tidak sesuai dengan
cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam dan tidak bisa terwujud.
3)
Sosiologi
terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai anilisis social di sekolah dan
antara sekolah dan masyarakat. Diharapkan terjadinya hubungan antara
orang-orang dalam sekolah dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social
tenaga sekolah dengan masyarakat sekitar sekolah.
4)
Sosiologi
terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai alat kemajuan perkembangan social.
Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu dapat melestarikan dan memajukan tradisi
budaya moral yang Islami sehingga terwujud komunikasi social dalam masyarakat
dan membawa kebudayaan kepuncak yang setinggi-tingginya.
5)
Sosiologi
terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan.
Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi muda dengan iman dan
takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat memotivasi daya kreativitasnya
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai al-Quran.
6)
Sosiologi
terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai sosiologi terapan. Sosiologi
pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan tetapi sebuah ilmu yang
diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara sosiologi dengan pendidikan
Islam dipadukan dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh
pendidikan.
7)
Sosiologi
terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai latihan bagi petugas pendidikan
agar para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social tempat
anak disosialisi. Adakalanya agar pendidik memperbaiki teknik mengajarnya agar
selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.
Prinsip-prinsip pendidikan islam sebagai disiplin ilmu. Sebagai disiplin ilmu,
pendidikan islam bertugas mengilmiahkan wawasan tentang kependidikan yang
terdapat dalam sumber-sumber pokok dengan bantuan dari penapat para
ulama/ilmuan muslim. Nilai-nilai ketuhanan berada di atas nilai-nilai
keilmiahan an ilmu pengetahuan.
b.
Sosiologi
pendidikan Islam sebagai pisau analisis problematika lembaga pendidikan Islam
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi terhadap pendidikan
memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedangkan S. Nasution
mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh
perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan
beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep
tentang fungsi sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1)
Sosiologi
pendidikan berfungsi menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh
lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak.
Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah
dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik
dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual
pula, dan sebagainya.
2)
Sosiologi
pendidikan berfungsi menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak
orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar
bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi
akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan
yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu
dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas
serta kreativitas social.
3)
Sosiologi
pendidikan berfungsi menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan
tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan
tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup
animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4)
Sosiologi
pendidikan berfungsi menganalisis partisipasi orang-orang
terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang
berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang
kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan
kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari
peningkatan taraf hidup social.
5)
Sosiologi
pendidikan berfungsi membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar
berpendapat bahwa fungsi pendidikan nasional harus bertolak dan dapat
dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut.
6)
Menurut
E. G Payne, sosiologi pendidikan berfungsi utama memberi kepada guru- guru
(termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan)
latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan
sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut
pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar
dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu
dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang
digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain
peranan (role playing) dan sebagainya.
Dengan demikian
sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk
mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia
di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya
mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal
– hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar,
sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas
proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
c. Contoh Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Membahas mengenai
contoh kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat.
Oleh karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang
membicarakan masyarakat. Berikut ini contoh masalah dalam masyarakat yaitu
tentang putus sekolah (drop out).
Putus
sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik yang tidak mampu
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan
studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Masalah putus sekolah khususnya pada
jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap, merupakan
beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman masyarakat. Hal
ini diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak
memiliki ketrampilan yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih
bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi,
bisa menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan
yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif.
Masalah
putus sekolah bisa menimbulkan ekses dalam masyarakat, karena itu penanganannya
menjadi tugas kita semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran
sosiologi pendidikan, sehingga para putus sekolah tidak mengganggu
kesejahteraan sosial. Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) langkah yang dapat dilakukan,
yaitu:
1) Langkah
preventif: membekali para peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan praktis
dan bermanfaat sejak dini, agar kelak bila diperlukan dapat merespons
tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara positif, sehingga dapat
mandiri dan tidak menjadi beban masyarakat, atau menjadi parasit dalam
masyarakat. Misalnya ketrampilan-ketrampilan kerajinan, jasa, perbengkelan,
elektronika, PKK, fotografi, batik, dan lain sebagainya.
2) Langkah
pembinaan: memnerikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti
perkembangan/perbaruan zaman melaui bimbingan dan latihan-latihan dalam
lembaga-lembaga sosial/pendidikan luar sekolah seperti BLK, PKK, karang taruna,
dan lain sebagainya.
3) Langakah
tindak lanjut: memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk
terus melangkah maju melaui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai
kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk
berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan,
bonus, keteladanan, kepahlawanan, dan sebagainya, sampai berbagai kemudahan
untuk melanjutkan studi dengan program Belajar Jarak Jauh (BJJ), seperti universitas
terbuka, sekolah terbuka, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar