Sabtu, 24 Desember 2016

Peran Sosiologi Pendidikan bagi pendidikan islam



1      Peran Sosiologi Pendidikan bagi pendidikan islam
a.       Argumentasi mendasar dan urgen keberadaan sosiologi pendidikan bagi pendidikan islam
Pendidikan islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia, dan alam semesta. Potensi jasmaniah manusia adalah yang berkenaan dengan seluruh organ-organ fisik manusia. Sedangkan potensi rohaniah manusia itu meliputi kekuatan yang terdapat di dalam batin manusia, yakni akal, kalbu, nafsu, roh, fitrah. Asy-Syaibani menyatakan bahwa manusia itu memiliki potensi yang meliputi badan, akal, roh, dan ketiga-tiganya persis seperti segitiga yang sama panjang sisinya (Asy-Syaibani: 92). Sedangkan Hasan Langgulung menyebutkan potensi manusia itu: Fitrah, roh, kemauan bebas, dan akal (Hasan Langgulung: 57-58).
Dari beberapa definisi kata perkata diatas “fungsi dan kontribusi sosiologi pendidikan islam” adalah suatu unit kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sumbangsih atau sumbangan terhadap dunia pendidikan islam agar dapat mendidik generasi islam sesuai dengan potensinya supaya menjadi manusia yang mempunyai hubungan yang baik dengan sesama manusia, alam sekitar dan Alloh sebagai Tuhan yang diyakini.
Beberapa konsep mengenai pengertian sosiologi pendidikan Islam seperti dalam buku sosiologi pendidikan bahwa sosiologi pendidikan yaitu ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengenalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Sosiologi pendidikan adalah analisis ilmiah atau proses social dan pola-pola social yang terdapat dalam system pendidikan.[3] Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi yang mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector pendidikan Islam. Walaupun masyarakat sekarang beraneka ragam kultur dan strukturnya. Adapun beberapa konsep tentang fungsi sosiologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1)      Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai proses sosialisasi. Dalam hal ini sosiologi pendidikan Islam mengutamakan proses bagaimana kelompok social masyarakat mempengaruhi kelakuan individu. Dengan bermacamnya kultur dan struktur diharapkan dengan pendidikan Islam merupakan wadah bagi individu dalam memperoleh pengalamannya.
2)      Sosilogi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat. Pada poin ini lebih mengutamakan fungsi lembaga pendidikan Islam yang diadakan masyarakat dan hubungan sekolah dengan masyarakat yang terdiri dari beberapa aspek. Apabila pendidikan Islam tidak dapat menempatkan diri dalam masyarakat yang berbeda-beda kulturnya, maka manusia tidak sesuai dengan cita-cita Islam yang mencerminkan hakikat Islam dan tidak bisa terwujud.
3)      Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai anilisis social di sekolah dan antara sekolah dan masyarakat. Diharapkan terjadinya hubungan antara orang-orang dalam sekolah dengan masyarakat lingkungan sekolah. Peranan social tenaga sekolah dengan masyarakat sekitar sekolah.
4)      Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai alat kemajuan perkembangan social. Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu dapat melestarikan dan memajukan tradisi budaya moral yang Islami sehingga terwujud komunikasi social dalam masyarakat dan membawa kebudayaan kepuncak yang setinggi-tingginya.
5)      Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan. Diharapakan pendidikan Islam mampu mendasari jiwa generasi muda dengan iman dan takwa serta berilmu pengetahuan sehingga dapat memotivasi daya kreativitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai al-Quran.
6)      Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai sosiologi terapan. Sosiologi pendidikan dianggap bukan ilmu yang murni akan tetapi sebuah ilmu yang diterapakan untuk mengendalikan pendidikan antara sosiologi dengan pendidikan Islam dipadukan dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi pada seluruh pendidikan.
7)      Sosiologi terhadap pendidikan Islam berfungsi sebagai latihan bagi petugas pendidikan agar para pendidik memahani betul masyarakat dan latar belakang social tempat anak disosialisi. Adakalanya agar pendidik memperbaiki teknik mengajarnya agar selara dan dapat menjawab sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Prinsip-prinsip pendidikan islam sebagai disiplin ilmu. Sebagai disiplin ilmu, pendidikan islam bertugas mengilmiahkan wawasan tentang kependidikan yang terdapat dalam sumber-sumber pokok dengan bantuan dari penapat para ulama/ilmuan muslim. Nilai-nilai ketuhanan berada di atas nilai-nilai keilmiahan an ilmu pengetahuan.
b.      Sosiologi pendidikan Islam sebagai pisau analisis problematika lembaga pendidikan Islam
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi terhadap pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedangkan S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang fungsi sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1)      Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2)      Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
3)      Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4)      Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup social.
5)      Sosiologi pendidikan berfungsi membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa fungsi pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut.
6)      Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan berfungsi utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.

Dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
c.       Contoh Kajian Sosiologi Pendidikan Islam
Membahas mengenai contoh kajian sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang membicarakan masyarakat. Berikut ini contoh masalah dalam masyarakat yaitu tentang putus sekolah (drop out).
Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Masalah putus sekolah khususnya pada jenjang pendidikan rendah, kemudian tidak bekerja atau berpenghasilan tetap, merupakan beban masyarakat bahkan sering menjadi pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual, serta tidak memiliki ketrampilan yang dapat menopang kehidupannya sehari-hari. Lebih-lebih bila mengalami frustasi dan merasa rendah diri tetapi bersikap overkompensasi, bisa menimbulkan gangguan-gangguan dalam masyarakat berupa perbuatan kenakalan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang positif.
Masalah putus sekolah bisa menimbulkan ekses dalam masyarakat, karena itu penanganannya menjadi tugas kita semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran sosiologi pendidikan, sehingga para putus sekolah tidak mengganggu kesejahteraan sosial. Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1)      Langkah preventif: membekali para peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan praktis dan bermanfaat sejak dini, agar kelak bila diperlukan dapat merespons tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara positif, sehingga dapat mandiri dan tidak menjadi beban masyarakat, atau menjadi parasit dalam masyarakat. Misalnya ketrampilan-ketrampilan kerajinan, jasa, perbengkelan, elektronika, PKK, fotografi, batik, dan lain sebagainya.
2)      Langkah pembinaan: memnerikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti perkembangan/perbaruan zaman melaui bimbingan dan latihan-latihan dalam lembaga-lembaga sosial/pendidikan luar sekolah seperti BLK, PKK, karang taruna, dan lain sebagainya.
3)      Langakah tindak lanjut: memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melaui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan, bonus, keteladanan, kepahlawanan, dan sebagainya, sampai berbagai kemudahan untuk melanjutkan studi dengan program Belajar Jarak Jauh (BJJ), seperti universitas terbuka, sekolah terbuka, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar