Sabtu, 24 Desember 2016

REVIEW BUKU STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI STANDAR PROSES PENDIDIKAN



IDENTITAS BUKU

Judul          : STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI STANDAR PROSES PENDIDIKAN
Pengarang  : Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd.
Penerbit      : Kencana Prenadamedia Group - Jakarta, 2013
Tebal          : 294 Halaman
Daftar isi   :  Bab 1 Standar Proses Pendidikan
Bab 2 Guru Dalam Pencapaian Standar Proses Pendidikan
Bab 3 Sistem Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan
Bab 4 Tujuan Dan Standar Kompetensi
Bab 5 Mengajar Dan Belajar Dalam Standar Proses Pendidikan
Bab 6 Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Bab 7 Metode Dan Media Pembelajaran Dalam Standar Proses   Pendidikan
Bab 8 Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Bab 9 Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Bab 10 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Bab 11 Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Bab 12 Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Bab 13 Strategi Pembelajaran Kontektual (CTL)
Bab 14 Strategi Pembelajaran Afektif
BAB 1
STANDAR PROSES PENDIDIKAN

A.    Kandungan Isi Bab 1
Akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya untuk masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mencapai kesemuanya itu harus ada standar dalam sebuah pendidikan.
Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi. (PP. No. 19 tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 6). Standar proses pendidikan yang dimaksud, berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu, dalam lingkup secara nasional.
Fungsi-fungsi Standar proses Pendidikan, antara lain: sebagai alat dalam pencapaian tujuan pendidikan (kompetensi kelulusan), bagi guru, sebagai pedoman dalam membuat perencanaan program pembelajaran, bagi kepala sekolah sebagai barometer keberhasilan program pendidikan yang ada disekolah, serta sumber utama dalam merumuskan kebijakan. Bagi para pengawas, sebagai patokan, ukuran, pedoman dalam penilaian. Bagi komite sekolah, sebagai pertimbangan dalam penyusunan program dan pemberian bantuan, pemberian saran.
B.     Perbandingan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah Pasal 1 menjelaskan bahwa  Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Menurut Ahmad Syar’I (2006: 127)  Pendidkan Islam adalah upaya atau ikhtiar yang dilakukan oleh si pendidik dan atau terdidik dalam rangka terbentuknya kedewasaan jasmani atau rohani (kognitif, psikologi dan afektif) terdidik sesuai dengan tuntutan ajaran Islam dalam rangka kebahagiaan hidup di dunia akhirat.
Manusia mengalami proses kejadian yang sekaligus menjadi pendidikan bagi manusia itu sendiri. Alloh berfirman;
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ , ثُمَّ جَعَلْناهُ نُطْفَةً فِي قَرارٍ مَكِينٍ , ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظاماً فَكَسَوْنَا الْعِظامَ لَحْماً ثُمَّ أَنْشَأْناهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخالِقِينَ .سورة المؤمنون: 12-14
"Sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah, kemudian Kami menjadikannya mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya dalam bentuk (makhluk) yang lain. Maha suci Alloh pencipta yang paling baik". (QS. Al-Mukminun: 12-14)
C.     Kesimpulan
Dalam kegiatan belajar mengajar tentu dibutuhkan standar kegiatan pembelajaran, terutama bagi pendidikan dasar dan menengah. Standar-standar tersebut digunakan sebagai penentu pelaksanaan pembelajaran.
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan/atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral.

BAB 2
GURU DALAM PENCAPAIAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN

A.    Kandungan Isi Bab 2
Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Tujuan pendidikan itu sendiri bahwa pendidikan bukan hanya sekedar penyampai informasi, lebih jauh, seorang guru mampu mengubah prilaku siswa yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sehingga guru, di tuntut untuk memiliki suatu keahlian tertentu dan dibedakan berdasarkan latar belakang pendidikannya. Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu meliputi kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial kemasyarakatan.
B.     Perbandingan
Sebagai pendidik, guru harus professional sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional bab IX pasal 39 ayat 2: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabidaian kepada mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua tinggi”.
Ada beberapa kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru dalam mendidik, yaitu sesuai dengan UU pasal 8 No. 14 th 2005 tentang pendidikan nasional bahwa seorang pendidik / guru harus memiliki kompetensi sosial, kepribadian, profesional dan pedagogik guna meningkatkan kualitas dan martabat pendidikan nasional
Ahmad Tafsir (1992: 74) menjelaskan, secara khusus, guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan murid dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi murid, baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Menurut Majid (2005:236) ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru, antara lain melaksanakan pengajaran perbaikan, pengajaran pengayaan, program akselerasi, pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan peningkatan motivasi belajar. Sedangkan Usman (1994:38) menjelaskan dalam melatih keterampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung jawab, dan sikap berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
Pendidik Islam juga harus professional, karena dalam Islam setiaqp pekerjaan harus dilakukan secara professional, dalam arti harus dilakukan secara benar, hal itu hanya mungkin dilakukan oleh seorang ahli (Mukodi, 201: 22).
Nabi Muhammad SAW bersabda;
إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. رواه البخاري
 “Ketika suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari).
C.     Kesimpulan
Profesionalisme menjadi taruhan ketika mengahadapi tuntutan-tuntutan pembelajaran demokratis, karena tuntutan tersebut merefleksikan suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa, tidak sekedar kemampuan guru menguasai pelajaran semata tetapi juga kemampuan lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini hanya bisa dijawab oleh guru yang profesional.
Kompetensi tersebut adalah kompetensi pribadi, profesi, dan sosial. Jika salah satu kompetensi tidak dikuasai, maka bisa berakibat nilai dan tujuan pendidikan tidak bisa dicapai. Hal ini tentu sangat berpengaruh, karena sosok seorang guru mempunyai peran yang sangat besar dalam mensukseskan tujuan, visi, dan misi pendidikan.
BAB 3
SISTEM PEMBELAJARAN DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

A.    Kandungan Isi Bab 3
Ada tiga hal dalam sistem, pertama, sistem selalu memiliki tujuan, kedua, sistem selalu mengandung proses, ketiga, sistem selalu melibatkan komponen-komponen yang ada. Sehingga sistem bermanfaat dalam merancang dan merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berfikir yang dapat membantu dalam mencapai hasil yang diharapkan, misalnya; mampu melihat proses pendidikan.
Faktor yang berpengaruh dalam sistem pembelajaran, antara lain; guru, siswa, saran dan prasarana, serta faktor lingkungan. Komponen sistem pembelajaran terdiri dari Input-Proses-Output, dimana proses memuat bebarapa hal, diantaranya meliputi tujuan, isi/materi/ metode, media, dan evaluasi.
B.     Perbandingan
Menurut Oemar Hamalik (2001: 77) pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan. (Soetopo Hendyat, 2005: 143).
Alloh berfirman;
وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (البقراة : ۳۱)
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!". (Q.S al-Baqarah: 31)
Menurut Achmadi (2005: 17) Kata عَلَّمَ  didalam ayat di atas lebih mengacu kepada konotasi pemberian pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya. Ayat ini menunjukkan bahwa sebenarnya Islam sebagai agama lahir bersamaan dengan hadirnya manusia pertama yaitu Nabi Adam a.s. Saat itu pula pendidikan dimulai oleh Allah yang mendidik dan membimbing manusia pertama yaitu Adam sebagai subyek didik, dengan mengajarkan ilmu pengetahuan (nama-nama benda), yang tidak diajarkan kepada makhluk lain termasuk kepada malaikat sekalipun.
C.     Kesimpulan
Sistem Pembelajaran adalah suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan untuk mencapai suatu hasil kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Dalam pendekatan sistem, pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung.

BAB 4
TUJUAN DAN STANDAR KOMPETENSI

A.    Kandungan Isi Bab 4
Tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa sedangkan mengajar merupakan proses dalam mencapai tujuan tersebut. Sehingga ukuran atau barometer keberhasilan diukur oleh aktivitas siswa, dengan kemampuannya dalam memahami pelajaran. Tujuan juga berguna sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa, membantu dalam mendsain pembelajaran, serta sebagai kontrol terhadap batasan-batasan dan kualitas pembelajaran.
Terdapat empat macam tingkatan tujuan; tujuan pendidikan nasional (setiap lembaga yang pada akhir dari prosesnya dapat membentuk manusia seperti yang dirumuskan), tujuan institusional, tujuan kulikuler, dan tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran (TP). Kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat beberapa aspek; pengetahuan, pemahaman, kemahiran, nilai, sikap, minat. Klasifikasi kompetensi meliputi: kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi, Kompetensi dasar.
B.     Perbandingan
Tujuan belajar menurut Sukandi (1983: 18) adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan penghargaan.
Menurut Abdul Majid (2012: 42) Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur.
Menurut Abul Fatah Djalal, tujuan pendidikan Islam secara umum ialah untuk menjadikan manusia yang menghambakan dirinya hanya kepada Allah SWT semata. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56 :
وَما خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ .سورة الذاريات: 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. al-Dzariyat: 56)
Ayat ini dengan sangat jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “beribadah” kepada Allah SWT. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas (Quraisy Shihab, 2002: Juz 13).
C.     Kesimpulan
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain itu dalam setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang Maha Kuasa.
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentupada jenjang pendidikan tertentu pula.

BAB 5
MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

A.    Kandungan Isi Bab 5
Apabila dilihat dari tujuan pembelajaran, bahwa pembelajaran tidak hanya sebatas, penguasaan, penyampaian materi saja, melainkan mampu mengubah perilaku siswa, serta mengajar bagaimana belajar (proses berpikir). Sehingga dianggap penting untuk mengubah paradigma khalayak terhadap mengajar, sebab, pertama siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi organisme yang sedang berkembang.
Sesuai dengan konsep teori behavioristic yaitu belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indera dengan kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan menurut teori kognitif, belajar adalah proses mengembangkan insight yaitu pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam suatu situasi permasalahan.
B.     Pendapat
Menurut Syah (2006:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bergantung bagaimana cara dan proses belajar peserta didiknya, baik ketika berada di sekolah maupun tatkala berada dirumah.
Belajar menurut Abdul Rahman Shaleh (2009: 209) merupakan proses yang secara umum menetap, ada kemampuan bereaksi, adanya suatu yang diperkuat dan dilakukan dalam bentuk praktik atau latihan.
Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (2002: 397), manusia merupakan objek dan subjek dari pendidikan, hal ini dapat dipahamai didalam surat al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5.
“Pengulangan iqra’ (dalam surat itu) dimaksudkan agar Nabi lebih banyak membaca, menelaah, memperhatikan alam raya serta membaca kitab yang tertulis dan tidak tertulis dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat".
C.     Kesimpulan
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh peserta didik agar dapat merubah pola tingkah laku yang baru, sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlansung lama pada masa berikutnya yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.
Belajar adalah suatu kegiatan yang fundamental dalam diri organisme dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan yang diperoleh melalui proses adaptasi prilaku dan tingkah laku individu berlangsung secara progresif yang diperolehnya melalui lingkungan di sekitarnya sehingga peserta didik dapat mengambil setiap makna dan pemahamannya dari setiap kegiatan yang ia amati maupun yang ia lakukan.


BAB 6
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA

A.    Kandungan Isi Bab 6
Untuk mencapai suatu perencanaan dibutuhkan strategi agar perencanaan itu dapat berjalan sesuai dengan tujuan, sedangkan metode adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan strategi, sedangkan pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap sesuatu itu. Kemudian teknik dan taktik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan metode. Menurut Rowntree (1974), mengelompokkan strategi dalam strategi penyampaian- penemuan (exposition – discovery learning), strategi pembelajaran kelompok dan individual. Hal yang menjadi pertimbangan dalam menetukan strategi yakni tujuan yang akan dicapai, siswa, bahan pelajaran, dan faktor lainnya.
Prinsip dalam pelaksanaannya, meliputi antara lain : berorientasi pada tujuan, aktivitas, individualitas, Integritas. Pada PP No.19 tahun 2005, prinsip khusunya antara lain : interaktif, Menyenangkan, Menantang, Motivasi. Lebih penting, seperti yang tersirat dalam pengertian pendidikan, hendaknya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa.
B.     Pendapat
Menurut B.S. Sidjabat (1993: 277) strategi dalam pembelajaran mengandung arti bagaimana guru merencanakan kegiatan mengajar (a plan for teaching) sebelum ia melaksanakan tugasnya bersama dengan anak didik.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 201) defenisi strategi pengajaran, adalah: “keseluruhan metode dan prosedur yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.”.   
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 5) mengartikan strategi dalam belajar mengajar, sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang mencapai tujuan yang telah digariskan".
Alloh berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ ما قَدَّمَتْ لِغَدٍ. سورة الْحَشْرِ: 18
"Wahai orang –orang yang beriman, kalian bertakwalah kepada Alloh, dan hendaklah diri manusia itu nadr (melihat) apa-apa yang disiapkannya untuk besok" (QS. Al-Hasr: 18)
Menurut Muhaimin (2009: 3), ayat ini menyiratkan makna sebelum seseorang melakukan nadr, sebenarnya sudah berusaha melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perubatan-perbuatan negatif. Namun, ia masih disuruh untuk melakaukan nadr; melakukan penilaian secara cermat dan akurat terhadap proses hasil kerja sebelumnya, atau bahkan melakukan perubahan cara pandang dan kerangka pikir karena tantangan-tantangan yang bakal dihadapinya jauh lebih berbeda daripada priode sebelumnya. Dengan demikian, ia diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sisi-sisi yang dianggap kurang baik untuk melangkah ke arah yang lebih baik.
C.     Kesimpulan
Dari uraian pengertian strategi pengajaran yang dirumuskan oleh para ahli pendidikan, penulis merangkum pengertian strategi pengajaran yakni: “Perencanaan pemilihan cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar dalam kegiatan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran menitikberatkan pada kegiatan siswa. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Ruh dari ayat diatas dapat memaknai pentingnya strategi dalam aktivitas pendidikan. Hal itu dikarenakan pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara untuk meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif. Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda, seusai dengan taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing. Di sinilah strategi pengembangan pendidikan ditemukan urgensinya.
Strategi adalah jantung dari tiap keputusan yang diambil kini dan menyangkut masa depan. Tiap strategi selalu dikaitkan dengan upaya mencapai sesuatu tujuan di masa depan, yang dekat maupun yang jauh. Tanpa tujuan yang ingin diraih, tidak perlu disusun strategi. Selanjutnya, suatu strategi hanya dapat disusun jika terdapat minimal dua pilihan. Tanpa itu, orang cukup menempuh satu-satunya alternatif yang ada dan dapat digali.


BAB 7
METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

A.    Kandungan Isi Bab 7
Metode yang biasa digunakan dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran, antara lain :
1.        Ceramah. Berbentuk lisan dengan sasaran kelompok.
2.        Demontrasi. Berbentuk Lisan, namun lebih dominan pada memperagakan, atau mempertunjukkan tentang suatu proses.
3.        Diskusi. Pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, tujuan memecahkan permasalahan. (diskusi : kelas, kecil, Simposium, panel)
4.        Simulasi.
Cara penyajian pembalajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. (Sosiodrama, Psikodrama, Role playing).
Menurut Gerlach dan Ely, bahwa media adalah meliputi manusia, bahan, peralatan, serta kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan kterampilan serta sikap. Macam macam media: Media Auditif, media Visual, media Audivisual. Media Sama memiliki prinsip yang sama prinsip menentukan strategi digunakan. Sumber belajar (Manusia, alat, bahan pengajaran.aktivitas, lingkungan).
B.     Pendapat
Menurut Yatim (2009: 268) Metode dalam pembelajaran adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan memperoleh informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Titik awal upaya diletakkan pada perbaikan proses pembelajaran atau pada variabel metode pembelajaran.
Media dalam pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Jennah Rodhatul, 2009).
C.     Kesimpulan
Metode dalam pembelajaran adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan memperoleh informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Titik awal upaya diletakkan pada perbaikan proses pembelajaran atau pada variabel metode pembelajaran.
Media dalam pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin telah dilengkapi dengan metode pengajaran yang komprehensif. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Imran  ayat 159, sebagai berikut:

فَبِما رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ. سورة ال عمران: 159     
                                                                     
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imron: 159).

BAB 8
STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE)

A.    Kandungan Isi Bab 8
Strategi ini menekankan pada proses bertutur (Direct Intruktion), yang di pengaruhi aliran belajar behavioristik (stimulus dan respon). Jadi, SPE adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai pelajaran secra maksimal. Bahan pelajaran dirancang sudah jadi oleh guru. Dengan prinsipnya, antara lain : Berorientasi pada tujuan, komunikasi, kesiapan, berkelanjutan. Prosedurnya, : merumuskan tujuan yang akan dicapai, guru mengusai pelajaran dengan baik, kenalin medan.
Keuntungan dari strategi ini, pelajaran dapat dikontrol secara urutan dan keluasan. Kelemahannya, siswa yang memiliki kelamahan dengan pendengaran kemungkinan akan kurang mendapat pemahaman.
B.     Pendapat
Dalam Direktorat Tenaga Kependidikan “Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan strategi”chalk and talk” (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 31)
     Roy Killen dalam Sunardi (1990: 86) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Siswa juga dituntut untuk menguasai bahan yang telah disampaikan tersebut.

C.     Kesimpulan
Dari beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli diatas, penyusun menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori adalah; ”strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal”.
Dalam konteks pembelajaran, ekspositorii merupakan strategi yang dilakukan guru untuk mengatakan atau menjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan dan informasi-informasi penting lainnya kepada para pembelajar. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanyajawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat.
Hal ini sesuai dengan firman Alloh;
قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا. سورة الكهف: 66
”Musa berkata kepada Khidhr “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu” (QS. Al-Kahfi: 66)”.
Kaitan ayat ini dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya:
Menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang guru adalah sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping dan yang lainnya. Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa negara dan agamanya.

BAB 9
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI (SPI)

A.    Kandungan Isi Bab 9
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berpikir secra kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu yang dipertanyaakan. SPI beranggapan bahwa, manusia sejak lahir sudah memiliki dorongan untuk ingin tahu dengan segala sesuatu, jadi strategi ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Prinsipnya: berorientasi pda pengembangan Intelektual, Interaksi, Betanya, Belajar untuk berfikir, keterbukaan. Sedangkan prosedurnya: Orientasi, rumusan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan. Kelebihan SPI: menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kelemahan SPI; sulit dalam mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
B.     Pendapat
Suryo subroto (1993: 193), menyatakan bahwa dicovery merupakan bagian dari inquiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam.
“Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry kedalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 219-220).
C.     Kesimpulan
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanyajawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendirimateri yang harus dipahaminya.


BAB 10
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM)

A.    Kandungan Isi Bab 10
Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah secara ilmiah. Jenis masalah: mengandung konflik yang bersumber dari berita, rekaman, video dan lainnya, familier dengan siswa, berhubungan dengan kepentingan orang banyak, bahan mendukung dengan bahan tujuan dalam mencapai kompetensi, bahan dipilih sesuai dengan minat siswa.
Prosedurnya, merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
Keunggulan SPBM; Problem solving merupakan teknik afektiv dalam memahami isi pelajaran serta menantang kemampuan siswa. Kelemahan; sulitnya mengakomodasi minat seluruh siswa, memerlukan waktu dalam persiapan.
B.     Pendapat
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi didalam hidupnya, baik masalah dalam diri sendiri maupun masalah dalam kehidupan bermasyarakat.Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran ( Isriani Hardini, 2012).
Menurut Dewey dalam Trianto (2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
C.     Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata)
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata yang berorientasi pada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir kritis, sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan multiple intellegencies untuk membiasakan belajar bagaimana belajar.
Dalam Islam, ketika manusia mau berusaha dan penuh kepasrahannya kepada Alloh maka alloh akan memberi jalan akan semua permasalahannya:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ. سورة الطَّلَاقِ: 2- 3
"Barangsiapa bertakwa kepada Alloh maka Alloh akan menjadikannya jalan keluar, dan memberinya rizki yang tidak disangka-sangkanya". (QS. Al-Thalaq: 2-3).


BAB 11
STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)

A.    Kandungan Isi Bab 11
SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berfikiri siswa. Tujuan pada strategi ini sama dengan halnya dengan strategi Inkuiri, perbedaannya terletak pada pola pembelajaran yang digunakan, dalam SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa, sedangkan inkuiri siswa baru mencari. Strategi ini pertama kalinya dirancang untuk pelajaran IPS, yang artinya strategi ini tidak hanya dirancang untuk siswa bisa memahami pelajaran, tapi lebih pada bagaimana supaya siswa bisa mengembangkan fikirannya dengan mengemukan ide, gagasannya secara verbal, dengan tujuan akhir diharapkan siswa mampu memecahkan permasalahan sosial sesuai dengant tingkatannya.
Kareteristik SPPKB ini, menekankan pada proses mental pada siswa secara maksimal, dibangun dalam nuansa dialogis dan tanya jawab secara terus menerus, bersandarkan pada sisi proses dan hasil. Siswa ditempatkan sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Prosedurnya, Orientasi, pelacakkan, konfrontasi, Inkuiri, Akomodasi, Transfer.
B.     Pendapat
Menurut Zubaidah (2013:35) dengan memberdayakan kemampuan berpikir melalui pertanyaan, di samping siswa aktif menjawab pertanyaan ternyata hal tersebut memicu timbulnya pertanyaan – pertanyaan baru. Pertanyaan – pertanyaan yang timbul dalam pikiran siswa tersebut menunjukkan bahwa semakin berkembangnya penalaran siswa.
Sedangkan menurut Wahyana (1997:62) salah satu bentuk komunikasi adalah bentuk verbal, memberi informasi, bertanya dan mendengar. Dengan suatu pertanyaan guru, siswa dapat belajar berpikir dengan cara berpikir, memperoleh kesempatan untuk belajar kreatif supaya menjadi kreatif, dan menjadi sensitif karena kemampuannya.
C.     Kesimpulan
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa dengan pemberian pertanyaan – pertanyaan yang memacu anak untuk berpikir sehingga dapat menemukan konsep sendiri.
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta – fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik dibimbing untuk menemukan sendiri melalui proses dialog dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik.
Islam sering memberikan kata-kata motivasi yang menggugah pikiran, mengarahkan pemahaman, dan membangkitkan kepekaan indera dan emosi. Sebagai contoh adalah ketika mengakhiri penjelasan ayat-ayat tentang alam dan hukum, semisal firman Allah Swt:
إِنَّ فِي ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ. سورة الروم: 24

“Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.” (QS. ar-Rum: 24).

BAB 12
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF (SPK)

A.    Kandungan Isi Bab 12
Strategi pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada 4 unsur penting dalam SPK, yaitu: ada peserta dalam kelompok, adanya aturan dalam kelompok, adanya upaya belajar setiap kelompok, adanya tujuan yang harus dicapai. SPK digunakan apabila guru menekankan pentingnya usaha kelompok dari pada individu. Jika guru menghendaki adanya kerjasama antar siswa.
Karekteristik SPK adalah didasarkan pada manajemen koorperatif, adanya kemampuan untuk bekerjasama, dan keterampilan bekerjasama. Prinsipnya, yaitu: ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, interaksi tatap muka, parisipasi dan komunikasi. Prosedur pelaksanaan, yaitu: Penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian, pengakuan tim.
Kelebihan dalam SPK, yaitu: siswa tidak tergantung pada guru, adanya rasa percaya diri pada kemampuan siswa dalam belajar. Sedangkan keterbatasan SPK adalah: adanya keterhambatan pada siswa yang memiliki kemampuannya dalam kelompok, karena harus menyesuaikan yang lainnya, sedangkan pada siswa yang terbelakang seringkali tidak bisa mengikuti cara belajar kelompok seperti itu.


B.     Pendapat
Majid (2013:174) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Rini (2010:12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan kontekstual itu sendiri menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang sedang dialaminya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain dengan kemampuan yang heterogen.
C.     Kesimpulan
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompom-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pada pembelajaran kooperatif ini, setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Pada pembelajaran ini, menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif dimana siswa dapat memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.
Islam memang mengajarkan bekerjasama yang baik untuk mewujudkan tujuan yang baik
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ. سورة المائداة: 2
"bekerjasamalah kalian dalam hal kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah bekerjasama dalam hal dosa dan permusuhan". (QS. Al-Maidah: 2).


BAB 13
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

A.    Kandungan Isi Bab 13
Strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga siswa terdorong untuk melakukannya dalam kehidupan yang nyata.
Dari konsep tersebut, ada 3 hal yang harus dipahami,
1.      Adanya keaktifan siswa,
2.      Adanya hubungan antara materi dengan kehidupan nyata,
3.      Mendorong siswa untuk melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Filosofis asas CTL yaitu: Konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian nyata. Prosedurnya: pendahuluan, inti (dilapangan, di dalam kelas, penutup).
B.     Pendapat
Menurut Suyadi (2013: 81) Strategi pembelajaran kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan realitas kehidupan nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Elaine B. Johnson dalam Ibnu Setiawan (2010: 67); Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang membantu para siswa melihat makna di dalam materi yang mereka pelajari dengan menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun menurut Masnur (2014: 41): Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
C.     Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebuah pembelajaran dimana seorang guru mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan peserta didik dan memotivasi siswa untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dengan caranya sendiri sehingga pengetahuan yang ia dapatkan lebih bermakna dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar mentransfer pengetahuan dari guru.
Manusia memiliki potensi untuk mengetahui, memahami apa yang ada di alam semesta ini. Serta mampu mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan fenomena yang lainnya. Karena hanya manusia yang disamping diberi kelebihan indera, manusia juga diberi kelebihan akal. Yang dengan inderanya dia mampu memahami apa yang tampak dan dengan hatinya dia mampu memahami apa yang tidak nampak. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا... سورة البقرة: 31
Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya”. (QS. Al-Baqarah: 31).
Yang dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.


BAB 14
STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF

A.    Kandungan Isi Bab 14
Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermatabat, dalam rangka mencardaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Rumusan tujuan diatas sarat dengan pembentukkan sikap atau afektif yang berhubungan erat dengan nilai, yang sulit untuk diukur. Hakikat Nilai dan sikap, nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia empiris. Berkaitan dengan pandangan seseorang tentang baik, buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak.
Douglas graham (Gulo, 2002) melihat empat faktor kepatuhan seseorang terhadap nilai, yaitu : normativist (kepatuhan terhadap hukum), Integralist (kepatuhan terhadap hal-hal yang rasional), Fenomenalist (kepatuhan terhadap suara hati atau basa basi), Hedonist (kepatuhan terhadap diri sendiri). Proses pembentukkan sikap, yaitu: Pola pembiasaan, modeling. Strategi pembelajaran afektif diantaranya, antara lain yaitu : model konsiderasi, dan model pengembangan koqnitif. Teknik mengklasifikasi nilai, yakni: kebebasan memilih menghargai berbuat.
Kesulitan dalam pembelajaran afektif adalah belum adanya kurikulum penuh dalam menanamkan nilai, sulitnya melakukan kontrol, tidak bisa dievaluasi secara langsung, kuatnya pengaruh lingkungan dengan kemajuan teknologi.
B.     Pendapat
Menurut Allport dalam Djali (2009: 114) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.  Sikap adalah suatu kesiapan mental dan syaraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Sikap tidak muncul ketika dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang.
Domain afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku (Arifin, 2010: 22).
C.     Kesimpulan
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetai juga bertujuan untuk mencapai dimensi lainya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit di ukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
Islam menekankan manusia beramal terhadap ilmu yang telah didapat, jika amalnya baik maka balasannya juga baik, jika amalannya jelek maka balasannya juga jelek
مَنْ عَمِلَ صالِحاً فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَساءَ فَعَلَيْها. سورة فُصِّلَتْ: 46
"Barangsiapa bebuat amal kebaikan maka akan bermanfaat bagi dirinya, dan barang siapa berbuat amal kejelekan maka akan memberatkan dirinya sendiri". (QS. Fussilat: 46).


ANALISIS BUKU

A.    Kesimpulan Buku
Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses pendidikan berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendididikan di Indonesia. Standar Proses Pendidikan ditentukan oleh Standar Kompetensi Lululusan dan Standar Isi.
     Dalam rangka penerapan pembelajaran yang berorientasi standar proses pendidikan maka paradigma bahwa mengajar hanya sekedar proses penyampaian pengetahuan saja harus di ubah menjadi pradigma baru yaitu mengajar adalah proses mengatur lingkungan. Guru juga harus mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pendidikan untuk kemudian menerapkannya.
Buku ini menyajikan ragam strategi pembelajaran yang sesuai dengan Standar Proses Pendidikan yang berlaku. Strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, ekspositori, inkuiri adalah beberapa tema strategi pembelajaran yang dibahas di sini. Kerangka teori, konsep, dan prinsip, serta contoh pengeplikasian setiap strategi pembelajaran diuraikan setahap demi setahap guna memandu pembanca untuk memahami, memilih, dan menerapkan strategi yang sesuai dengan lingkungan pembelajaran.
B.     Pelajaran yang dapat diambil
Melalui buku ini akan membuka paradigma berpikir kita mengenai strategi pembelajaran yang sesuai standar  proses pendidikan.  Buku ini mengulas tentang perlunya standar proses pendidikan, baik dari segi hukum perundang undangan,  arah yang ingin dicapai, komponen-komponen dalam sistem pembelajaran, tujuan, fungsi serta implementasi dan keterkaitan dengan standar lainnya.
Dalam buku ini guru dapat terbantu menguraikan mengenai kompetensi pembelajaran yang harus dicapai dalam proses pembelajaran, dan pentingnya pelajaran yang akan di pelajari, dengan melibatkan peran aktif peserta didik, sehingga menjadi lebih antusias untuk megikuti pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga tidak membosankan. Dengan demikian tercipta suatu proses pembelajaran yang kondusif dan menyenagkan.
Disamping itu juga,  buku ini memberi memotivasi  pada para pendidik mengenai profesi pendidik sebagai jabatan yang profesional serta komponen yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sehingga  menjadi tahu tentang tugas dan fungsinya, kompetensi yang harus dimiliki, serta peran penting yang dimiliki dalam proses pembelajaran.
C.     Kelebihan dan kekurangan
Didalam buku ini dikupas beberapa strategi pembelajaran yang berbeda dengan strategi pembelajaran konvensional, lebih berorientasi pada proses bukan sekedar hasil.  Dilengkapi contoh-contoh pembelajaran berbasis proses yang lebih interaktif dan aplikatif, antara pengajar dan yang diajar serta keterkaitan dengan lingkungan dan masyarakat. Disertai konsep-konsep dan teori-teori  pembelajaran dan penerapannya,  serta metode dan pemanfaatan sarana dan media pembelajaran sesuai standar proses pembelajaran.
Tak heran jika buku ini sangat berguna bagi kita karena ditulis oleh orang yang cukup berpengalaman  dibidangnya sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya dan telah terbukti dengan artikel-artikel hasil penelitiannya dijurnal-jurnal, serta beberapa bukunya yang telah diterbitkan. Struktur yang tersusun secara baik dan teratur, Pembagian bab dan topik terarah,  dilengkapi dengan gambar, grafik dan table yang memberi informasi secara jelas dan mendetail. Buku ini juga menjelaskan dalam bentuk kalimat yang tidak terlalu rumit sehingga mudah dipahami oleh pembacanya.
Namun, untuk sebagian orang buku ini akan terkesan membosankan. Buku ini tidak menyajikan gambar-gambar berwarna melainkan hitam-putih saja sekalipun relevan dengan topik yang dibicarakan dan cukup memberi gambaran serta informasi yang jelas. Agar tidak terkesan membosankan, ada baiknya gambar-gambar yang disajikan oleh penulis diberi warna, sehingga akan terlihat lebih menarik.
Terlepas dari kekurangan-kekurangannya, Buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Pendidikan ini, dapat digunakan sebagai referensi yang baik bagi guru pada khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya. Diharapkan setelah membaca buku ini para guru dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar, serta dapat mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga salah satu permasalahan pendidikan yaitu lemahnya pembelajaran dapat diatasi. Bagi mahasiswa STAIM, dapat dijadikan salah satu sumber dalam menyelesaikan tugas akhir.


REFERENSI TAMBAHAN

1.      Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012.
3.      Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanis Teosentris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
4.      Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Putaka Firdaus, 2006
6.      B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional. Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993.
7.      Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
8.      Departemen Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994.
9.      Eny Zubaidah. Draf Penulisan Buku Kesulitan Membaca Permulaan Pada anak. Yogyakarta: Fakultas Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 2013.
10.  Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, Terj. Ibnu Setiawan. Bandung: Kaifa, 2010.
11.  Isriani Hardini, Strategi pembelajaran terpadu. Yogyakarta: Familia. 2012.
12.  Jennah Rodhatul, Media Pembelajaran, Antasari Press, Banjarmasin, 2009.
13.  Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
14.  Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1994.
15.  Mukodi, Pendidikan Islam Terpadu:Reformulasi Pendidikan di Era Global, Yogyakarta: Aura Pustaka, 2011..
16.  M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan,Kesan danKeserasian al-Qur’an,, Jakarta : Lentera Hati, 2002.
17.  Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 2006.
18.  Syaiful Bahri Djamarah & A.Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
20.  Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka 2001
21.  Oemar Hamalik. 2005. “Proses Belajar Mengajar”. Jakarta : Bumi Aksara.
22.  Sunardi Nur, Strategi dalam Pembelajaran ; menjadi Pendidik Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990.
23.  Soetopo Hendyat, Pendidikan & Pembelajaran Teori, Permasalahan dan Praktek, Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2005.
24.  Suryo Subroto. ”Proses Belajar Mengajar di Sekolah”. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
25.  Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
26.  Sulistyo Dewi Wahyu Rini. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe JigsawUntuk Meningkatkan Hasil Belajar (Pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I Mahasiswa D 3 Kebidanan Stikes Bhakti Mulia Pare Kediri). Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
27.  Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. 2009.
28.  Ujang Sukandi. Belajar Aktif dan Terpadu. Jakarta: The Brithis Council, 2001.
29.  Wahyana. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Yogjakarta: Rajawali Press.1997.
30.  Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta, 2009.
31.  Zainal Arifin. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.






1 komentar: