IDENTITAS BUKU
Judul : STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI
STANDAR PROSES PENDIDIKAN
Pengarang : Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd.
Penerbit : Kencana Prenadamedia Group - Jakarta, 2013
Tebal : 294 Halaman
Daftar isi : Bab 1 Standar Proses Pendidikan
Bab 2 Guru Dalam Pencapaian Standar Proses Pendidikan
Bab 3 Sistem Pembelajaran Dalam Standar Proses Pendidikan
Bab 4 Tujuan Dan Standar Kompetensi
Bab 5 Mengajar Dan Belajar Dalam Standar Proses Pendidikan
Bab 6 Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
Bab 7 Metode Dan Media Pembelajaran
Dalam Standar Proses Pendidikan
Bab 8 Strategi Pembelajaran
Ekspositori (SPE)
Bab 9 Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Bab 10 Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM)
Bab 11 Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Bab 12 Strategi Pembelajaran
Kooperatif (SPK)
Bab 13 Strategi Pembelajaran
Kontektual (CTL)
Bab 14 Strategi Pembelajaran Afektif
BAB
1
STANDAR PROSES PENDIDIKAN
STANDAR PROSES PENDIDIKAN
A.
Kandungan
Isi Bab 1
Akhir dari proses
pendidikan adalah kemampuan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya untuk masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mencapai
kesemuanya itu harus ada standar dalam sebuah pendidikan.
Standar
Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi. (PP. No. 19 tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 6). Standar proses
pendidikan yang dimaksud, berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada
jenjang pendidikan tertentu, dalam lingkup secara nasional.
Fungsi-fungsi
Standar proses Pendidikan, antara lain: sebagai alat dalam pencapaian tujuan
pendidikan (kompetensi kelulusan), bagi guru, sebagai pedoman dalam membuat
perencanaan program pembelajaran, bagi kepala sekolah sebagai barometer
keberhasilan program pendidikan yang ada disekolah, serta sumber utama dalam
merumuskan kebijakan. Bagi para pengawas, sebagai patokan, ukuran, pedoman
dalam penilaian. Bagi komite sekolah, sebagai pertimbangan dalam penyusunan
program dan pemberian bantuan, pemberian saran.
B.
Perbandingan
Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah Pasal 1 menjelaskan
bahwa Standar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran.
Menurut Ahmad Syar’I
(2006: 127) Pendidkan Islam adalah upaya
atau ikhtiar yang dilakukan oleh si pendidik dan atau terdidik dalam rangka
terbentuknya kedewasaan jasmani atau rohani (kognitif, psikologi dan afektif)
terdidik sesuai dengan tuntutan ajaran Islam dalam rangka kebahagiaan hidup di
dunia akhirat.
Manusia
mengalami proses kejadian yang sekaligus menjadi pendidikan bagi manusia itu
sendiri. Alloh berfirman;
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ , ثُمَّ جَعَلْناهُ نُطْفَةً فِي
قَرارٍ مَكِينٍ , ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ
مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظاماً فَكَسَوْنَا الْعِظامَ لَحْماً ثُمَّ
أَنْشَأْناهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخالِقِينَ .سورة
المؤمنون: 12-14
"Sungguh
Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah, kemudian Kami menjadikannya
mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya dalam bentuk (makhluk)
yang lain. Maha suci Alloh pencipta yang paling baik". (QS.
Al-Mukminun: 12-14)
C.
Kesimpulan
Dalam
kegiatan belajar mengajar tentu dibutuhkan standar kegiatan pembelajaran,
terutama bagi pendidikan dasar dan menengah. Standar-standar tersebut digunakan
sebagai penentu pelaksanaan pembelajaran.
Penetapan
standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis
untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses
pendidikan setiap guru dan/atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral.
BAB
2
GURU DALAM PENCAPAIAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN
GURU DALAM PENCAPAIAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN
A.
Kandungan
Isi Bab 2
Penetapan standar proses
pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk
pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses
pendidikan setiap guru dan atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Tujuan pendidikan itu sendiri bahwa pendidikan bukan hanya sekedar
penyampai informasi, lebih jauh, seorang guru mampu mengubah prilaku siswa yang
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sehingga
guru, di tuntut untuk memiliki suatu keahlian tertentu dan dibedakan
berdasarkan latar belakang pendidikannya. Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh
seorang guru, yaitu meliputi kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial kemasyarakatan.
B.
Perbandingan
Sebagai pendidik, guru harus
professional sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Sitem Pendidikan
Nasional bab IX pasal 39 ayat 2: “Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabidaian kepada mayarakat, terutama bagi pendidikan pada pergurua
tinggi”.
Ada beberapa kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru dalam mendidik, yaitu sesuai dengan UU pasal 8 No. 14
th 2005 tentang pendidikan nasional bahwa seorang pendidik / guru harus
memiliki kompetensi sosial, kepribadian, profesional dan pedagogik guna
meningkatkan kualitas dan martabat pendidikan nasional
Ahmad Tafsir (1992: 74) menjelaskan,
secara khusus,
guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan murid dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi murid, baik potensi afektif,
kognitif, dan psikomotorik.
Menurut Majid (2005:236) ada
beberapa hal yang dapat dilakukan guru, antara lain melaksanakan pengajaran
perbaikan, pengajaran pengayaan, program akselerasi, pembinaan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik, dan peningkatan motivasi belajar. Sedangkan Usman (1994:38)
menjelaskan dalam melatih keterampilan proses sekaligus dikembangkan
sikap-sikap yang dikehendaki seperti kreatif, kerjasama, bertanggung jawab, dan
sikap berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
Pendidik Islam juga harus
professional, karena dalam Islam setiaqp pekerjaan harus dilakukan secara
professional, dalam arti harus dilakukan secara benar, hal itu hanya mungkin
dilakukan oleh seorang ahli (Mukodi, 201: 22).
Nabi Muhammad SAW bersabda;
إِذَا وُسِّدَ
الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. رواه البخاري
“Ketika suatu urusan dikerjakan oleh orang
yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari).
C.
Kesimpulan
Profesionalisme menjadi taruhan ketika
mengahadapi tuntutan-tuntutan pembelajaran demokratis, karena tuntutan tersebut
merefleksikan suatu kebutuhan yang semakin kompleks yang berasal dari siswa,
tidak sekedar kemampuan guru menguasai pelajaran semata tetapi juga kemampuan
lainnya yang bersifat psikis, strategis dan produktif. Tuntutan demikian ini
hanya bisa dijawab oleh guru yang profesional.
Kompetensi tersebut adalah kompetensi pribadi,
profesi, dan sosial. Jika salah satu kompetensi tidak dikuasai, maka bisa
berakibat nilai dan tujuan pendidikan tidak bisa dicapai. Hal ini tentu sangat
berpengaruh, karena sosok seorang guru mempunyai peran yang sangat besar dalam
mensukseskan tujuan, visi, dan misi pendidikan.
BAB
3
SISTEM
PEMBELAJARAN DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN
A.
Kandungan
Isi Bab 3
Ada
tiga hal dalam sistem, pertama, sistem selalu memiliki tujuan, kedua,
sistem selalu mengandung proses, ketiga, sistem selalu melibatkan
komponen-komponen yang ada. Sehingga sistem bermanfaat dalam merancang dan merencanakan
suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berfikir yang
dapat membantu dalam mencapai hasil yang diharapkan, misalnya; mampu melihat
proses pendidikan.
Faktor
yang berpengaruh dalam sistem pembelajaran, antara lain; guru, siswa, saran dan
prasarana, serta faktor lingkungan. Komponen sistem pembelajaran terdiri dari
Input-Proses-Output, dimana proses memuat bebarapa hal, diantaranya meliputi
tujuan, isi/materi/ metode, media, dan evaluasi.
B.
Perbandingan
Menurut Oemar Hamalik (2001: 77) pembelajaran
sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang
berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu
sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang
komponen-komponennya terdiri dari: (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi,
(5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks.
Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam
berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk
mencapai tujuan. (Soetopo Hendyat, 2005: 143).
Alloh berfirman;
وَعَلَّمَ آدَمَ
الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي
بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (البقراة : ۳۱)
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar!". (Q.S al-Baqarah: 31)
Menurut Achmadi (2005: 17) Kata عَلَّمَ didalam ayat di atas lebih mengacu kepada
konotasi pemberian pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya. Ayat ini
menunjukkan bahwa sebenarnya Islam sebagai agama lahir bersamaan dengan
hadirnya manusia pertama yaitu Nabi Adam a.s. Saat itu pula pendidikan dimulai
oleh Allah yang mendidik dan membimbing manusia pertama yaitu Adam sebagai
subyek didik, dengan mengajarkan ilmu pengetahuan (nama-nama benda), yang tidak
diajarkan kepada makhluk lain termasuk kepada malaikat sekalipun.
C.
Kesimpulan
Sistem Pembelajaran adalah suatu kesatuan
komponen yang satu sama lain saling berkaitan untuk mencapai suatu hasil
kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Dalam pendekatan sistem, pembelajaran
merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling
mendukung.
BAB
4
TUJUAN
DAN STANDAR KOMPETENSI
A.
Kandungan
Isi Bab 4
Tujuan
merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa sedangkan mengajar merupakan
proses dalam mencapai tujuan tersebut. Sehingga ukuran atau barometer
keberhasilan diukur oleh aktivitas siswa, dengan kemampuannya dalam memahami
pelajaran. Tujuan juga berguna sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar
siswa, membantu dalam mendsain pembelajaran, serta sebagai kontrol terhadap
batasan-batasan dan kualitas pembelajaran.
Terdapat
empat macam tingkatan tujuan; tujuan pendidikan nasional (setiap lembaga yang
pada akhir dari prosesnya dapat membentuk manusia seperti yang dirumuskan),
tujuan institusional, tujuan kulikuler, dan tujuan instruksional atau tujuan
pembelajaran (TP). Kompetensi sebagai tujuan, didalamnya terdapat beberapa
aspek; pengetahuan, pemahaman, kemahiran, nilai, sikap, minat. Klasifikasi
kompetensi meliputi: kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi, Kompetensi dasar.
B.
Perbandingan
Tujuan
belajar menurut Sukandi (1983: 18) adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan
perbuatan. Perubahan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerimaan dan
penghargaan.
Menurut
Abdul Majid (2012: 42) Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan
dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur.
Menurut
Abul Fatah Djalal, tujuan pendidikan Islam secara umum ialah untuk menjadikan
manusia yang menghambakan dirinya hanya kepada Allah SWT semata. Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56 :
وَما
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ .سورة الذاريات: 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (Q.S. al-Dzariyat: 56)
Ayat ini dengan sangat
jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak
lain hanyalah untuk “beribadah” kepada Allah SWT. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa
pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan
tidak terbatas (Quraisy Shihab, 2002: Juz 13).
C.
Kesimpulan
Tujuan
belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap
yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu
deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah
berlangsungnya proses belajar.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah
membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu
sebagai abid (hamba).
Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau
anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain
itu dalam setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang
Maha Kuasa.
Standar
Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentupada
jenjang pendidikan tertentu pula.
BAB 5
MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN
A.
Kandungan
Isi Bab 5
Apabila
dilihat dari tujuan pembelajaran, bahwa pembelajaran tidak hanya sebatas,
penguasaan, penyampaian materi saja, melainkan mampu mengubah perilaku siswa,
serta mengajar bagaimana belajar (proses berpikir). Sehingga dianggap penting
untuk mengubah paradigma khalayak terhadap mengajar, sebab, pertama siswa bukan
orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi organisme yang sedang berkembang.
Sesuai
dengan konsep teori behavioristic yaitu belajar pada hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh panca indera dengan
kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan menurut teori kognitif, belajar adalah
proses mengembangkan insight yaitu pemahaman terhadap hubungan antar
bagian didalam suatu situasi permasalahan.
B.
Pendapat
Menurut
Syah (2006:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan bergantung bagaimana cara dan proses belajar peserta didiknya, baik
ketika berada di sekolah maupun tatkala berada dirumah.
Belajar
menurut Abdul Rahman Shaleh (2009: 209) merupakan proses yang secara umum
menetap, ada kemampuan bereaksi, adanya suatu yang diperkuat dan dilakukan
dalam bentuk praktik atau latihan.
Menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir
al-Misbah (2002: 397), manusia merupakan objek dan subjek dari
pendidikan, hal ini dapat dipahamai didalam surat al-Alaq ayat 1 sampai dengan
5.
“Pengulangan
iqra’ (dalam surat itu) dimaksudkan agar Nabi lebih banyak membaca, menelaah,
memperhatikan alam raya serta membaca kitab yang tertulis dan tidak tertulis
dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke masyarakat".
C.
Kesimpulan
Belajar
ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh peserta didik agar dapat merubah
pola tingkah laku yang baru, sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang
secara relatif berlansung lama pada masa berikutnya yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman.
Belajar
adalah suatu kegiatan yang fundamental dalam diri organisme dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan yang diperoleh melalui proses
adaptasi prilaku dan tingkah laku individu berlangsung secara progresif yang
diperolehnya melalui lingkungan di sekitarnya sehingga peserta didik dapat
mengambil setiap makna dan pemahamannya dari setiap kegiatan yang ia amati
maupun yang ia lakukan.
BAB
6
STRATEGI
PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA
A.
Kandungan
Isi Bab 6
Untuk
mencapai suatu perencanaan dibutuhkan strategi agar perencanaan itu dapat berjalan
sesuai dengan tujuan, sedangkan metode adalah cara yang digunakan dalam
melaksanakan strategi, sedangkan pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap
sesuatu itu. Kemudian teknik dan taktik adalah cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan metode. Menurut Rowntree (1974), mengelompokkan
strategi dalam strategi penyampaian- penemuan (exposition – discovery
learning), strategi pembelajaran kelompok dan individual. Hal yang menjadi
pertimbangan dalam menetukan strategi yakni tujuan yang akan dicapai, siswa,
bahan pelajaran, dan faktor lainnya.
Prinsip
dalam pelaksanaannya, meliputi antara lain : berorientasi pada tujuan,
aktivitas, individualitas, Integritas. Pada PP No.19 tahun 2005, prinsip
khusunya antara lain : interaktif, Menyenangkan, Menantang, Motivasi. Lebih
penting, seperti yang tersirat dalam pengertian pendidikan, hendaknya
pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa.
B.
Pendapat
Menurut B.S. Sidjabat (1993: 277) strategi
dalam pembelajaran mengandung arti bagaimana guru merencanakan kegiatan
mengajar (a plan for teaching)
sebelum ia melaksanakan tugasnya bersama dengan anak didik.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 201) defenisi
strategi pengajaran, adalah: “keseluruhan metode dan prosedur yang
menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan tertentu.”.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 5)
mengartikan strategi dalam belajar mengajar, sebagai pola-pola umum kegiatan
guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang mencapai tujuan
yang telah digariskan".
Alloh
berfirman;
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ ما قَدَّمَتْ
لِغَدٍ. سورة الْحَشْرِ: 18
"Wahai orang –orang
yang beriman, kalian bertakwalah kepada Alloh, dan hendaklah diri manusia itu
nadr (melihat) apa-apa yang disiapkannya untuk besok" (QS. Al-Hasr: 18)
Menurut
Muhaimin (2009: 3), ayat ini menyiratkan makna sebelum seseorang melakukan nadr,
sebenarnya sudah berusaha melakukan perbuatan-perbuatan baik dan menghindari
perubatan-perbuatan negatif. Namun, ia masih disuruh untuk melakaukan nadr;
melakukan penilaian secara cermat dan akurat terhadap proses hasil kerja
sebelumnya, atau bahkan melakukan perubahan cara pandang dan kerangka pikir
karena tantangan-tantangan yang bakal dihadapinya jauh lebih berbeda daripada
priode sebelumnya. Dengan demikian, ia diharapkan dapat melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sisi-sisi yang dianggap kurang baik untuk
melangkah ke arah yang lebih baik.
C.
Kesimpulan
Dari uraian pengertian strategi pengajaran yang dirumuskan
oleh para ahli pendidikan, penulis merangkum pengertian strategi pengajaran
yakni: “Perencanaan pemilihan cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar
dalam kegiatan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran menitikberatkan
pada kegiatan siswa. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik
yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Ruh
dari ayat diatas dapat memaknai pentingnya strategi dalam aktivitas pendidikan.
Hal itu dikarenakan pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara
untuk meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Hampir tidak ada
kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan
peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif. Hanya
sistem dan metodenya yang berbeda-beda, seusai dengan taraf hidup dan budaya
masyarakat masing-masing. Di sinilah strategi pengembangan pendidikan ditemukan
urgensinya.
Strategi
adalah jantung dari tiap keputusan yang diambil kini dan menyangkut masa depan.
Tiap strategi selalu dikaitkan dengan upaya mencapai sesuatu tujuan di masa
depan, yang dekat maupun yang jauh. Tanpa tujuan yang ingin diraih, tidak perlu
disusun strategi. Selanjutnya, suatu strategi hanya dapat disusun jika terdapat
minimal dua pilihan. Tanpa itu, orang cukup menempuh satu-satunya alternatif
yang ada dan dapat digali.
BAB
7
METODE
DAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN
A.
Kandungan
Isi Bab 7
Metode
yang biasa digunakan dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran, antara
lain :
1.
Ceramah.
Berbentuk lisan dengan sasaran kelompok.
2.
Demontrasi.
Berbentuk Lisan, namun lebih dominan pada memperagakan, atau mempertunjukkan
tentang suatu proses.
3.
Diskusi.
Pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, tujuan memecahkan
permasalahan. (diskusi : kelas, kecil, Simposium, panel)
4.
Simulasi.
Cara
penyajian pembalajaran dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang
konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. (Sosiodrama, Psikodrama, Role
playing).
Menurut
Gerlach dan Ely, bahwa media adalah meliputi manusia, bahan, peralatan, serta
kegiatan yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan kterampilan
serta sikap. Macam macam media: Media Auditif, media Visual, media Audivisual.
Media Sama memiliki prinsip yang sama prinsip menentukan strategi digunakan.
Sumber belajar (Manusia, alat, bahan pengajaran.aktivitas, lingkungan).
B.
Pendapat
Menurut Yatim (2009: 268) Metode dalam
pembelajaran adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan memperoleh
informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Titik awal upaya diletakkan pada
perbaikan proses pembelajaran atau pada variabel metode pembelajaran.
Media dalam pembelajaran diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal (Jennah
Rodhatul, 2009).
C.
Kesimpulan
Metode dalam
pembelajaran adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan memperoleh
informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Titik awal upaya diletakkan pada
perbaikan proses pembelajaran atau pada variabel metode pembelajaran.
Media dalam
pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis
untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Islam sebagai
agama rahmatan lil 'alamin telah dilengkapi dengan metode pengajaran
yang komprehensif. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Imran ayat 159, sebagai berikut:
فَبِما رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ. سورة ال عمران: 159
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali
Imron: 159).
BAB
8
STRATEGI
PEMBELAJARAN EKSPOSITORI (SPE)
A.
Kandungan
Isi Bab 8
Strategi
ini menekankan pada proses bertutur (Direct Intruktion), yang di pengaruhi
aliran belajar behavioristik (stimulus dan respon). Jadi, SPE adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
pelajaran secra maksimal. Bahan pelajaran dirancang sudah jadi oleh guru.
Dengan prinsipnya, antara lain : Berorientasi pada tujuan, komunikasi,
kesiapan, berkelanjutan. Prosedurnya, : merumuskan tujuan yang akan dicapai,
guru mengusai pelajaran dengan baik, kenalin medan.
Keuntungan
dari strategi ini, pelajaran dapat dikontrol secara urutan dan keluasan.
Kelemahannya, siswa yang memiliki kelamahan dengan pendengaran kemungkinan akan
kurang mendapat pemahaman.
B.
Pendapat
Dalam Direktorat Tenaga Kependidikan “Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak
dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi.
Karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka
sering juga dinamakan strategi”chalk and talk” (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 31)
Roy Killen dalam
Sunardi (1990: 86) menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi
pembelajaran langsung (direct insruction). Dalam sistem ini, guru menyajikan
bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapih, sistematik dan lengkap
sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib.
Siswa juga dituntut untuk menguasai bahan yang telah disampaikan tersebut.
C.
Kesimpulan
Dari
beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli diatas, penyusun menyimpulkan
bahwa strategi pembelajaran ekspositori adalah; ”strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seseorang guru
kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pembelajaran secara optimal”.
Dalam konteks pembelajaran,
ekspositorii merupakan strategi yang dilakukan guru untuk mengatakan atau
menjelaskan fakta-fakta, gagasan-gagasan dan informasi-informasi penting
lainnya kepada para pembelajar. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran
yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip
dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan
masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanyajawab dan penugasan. Siswa
mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat.
Hal
ini sesuai dengan firman Alloh;
قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ
أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا. سورة الكهف: 66
”Musa berkata
kepada Khidhr “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu
yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu” (QS. Al-Kahfi: 66)”.
Kaitan
ayat ini dengan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik hendaknya:
Menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang guru adalah sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping dan yang lainnya. Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa negara dan agamanya.
Menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran seorang guru adalah sebagai fasilitator, tutor, tentor, pendamping dan yang lainnya. Peran tersebut dilakukan agar anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa negara dan agamanya.
BAB
9
STRATEGI
PEMBELAJARAN INKUIRI (SPI)
A.
Kandungan
Isi Bab 9
Strategi
Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada
proses berpikir secra kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu yang dipertanyaakan. SPI beranggapan bahwa, manusia sejak
lahir sudah memiliki dorongan untuk ingin tahu dengan segala sesuatu, jadi
strategi ini menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Prinsipnya:
berorientasi pda pengembangan Intelektual, Interaksi, Betanya, Belajar untuk
berfikir, keterbukaan. Sedangkan prosedurnya: Orientasi, rumusan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.
Kelebihan SPI: menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Kelemahan SPI; sulit dalam mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa.
B.
Pendapat
Suryo
subroto (1993: 193), menyatakan bahwa dicovery merupakan bagian dari inquiri,
atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam.
“Pengajaran
berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana
kelompok siswa inquiry kedalam suatu isu atau mencari jawaban-jawaban
terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan
struktural kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 219-220).
C.
Kesimpulan
Strategi pembelajaran inquiry adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanyajawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual
(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika
berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara
untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Strategi
pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah
mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal akan tetapi merancang
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendirimateri yang harus
dipahaminya.
BAB
10
STRATEGI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM)
A.
Kandungan
Isi Bab 10
Strategi
pembelajaran berbasis masalah (SPBM) merupakan serangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah secara ilmiah.
Jenis masalah: mengandung konflik yang bersumber dari berita, rekaman, video
dan lainnya, familier dengan siswa, berhubungan dengan kepentingan orang
banyak, bahan mendukung dengan bahan tujuan dalam mencapai kompetensi, bahan
dipilih sesuai dengan minat siswa.
Prosedurnya,
merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, pengujian hipotesis, merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
Keunggulan
SPBM; Problem solving merupakan teknik afektiv dalam memahami isi pelajaran
serta menantang kemampuan siswa. Kelemahan; sulitnya mengakomodasi minat
seluruh siswa, memerlukan waktu dalam persiapan.
B.
Pendapat
Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah
menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan
masalah yang dihadapi didalam hidupnya, baik masalah dalam diri sendiri maupun
masalah dalam kehidupan bermasyarakat.Untuk menghasilkan siswa yang memiliki
kompetensi yang handal dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian
strategi pembelajaran pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran ( Isriani Hardini, 2012).
Menurut
Dewey dalam Trianto (2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi
antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis,
serta dicari pemecahannya dengan baik.
C.
Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah
(problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru
menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting
dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta
didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata)
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu
strategi pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata yang berorientasi pada
pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir kritis, sintetik, dan praktikal
dengan memanfatkan multiple intellegencies untuk membiasakan belajar bagaimana
belajar.
Dalam Islam, ketika manusia mau berusaha dan
penuh kepasrahannya kepada Alloh maka alloh akan memberi jalan akan semua
permasalahannya:
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ.
سورة الطَّلَاقِ: 2- 3
"Barangsiapa
bertakwa kepada Alloh maka Alloh akan menjadikannya jalan keluar, dan
memberinya rizki yang tidak disangka-sangkanya". (QS.
Al-Thalaq: 2-3).
BAB
11
STRATEGI
PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB)
A.
Kandungan
Isi Bab 11
SPPKB
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berfikiri siswa.
Tujuan pada strategi ini sama dengan halnya dengan strategi Inkuiri,
perbedaannya terletak pada pola pembelajaran yang digunakan, dalam SPPKB, guru
memanfaatkan pengalaman siswa, sedangkan inkuiri siswa baru mencari. Strategi
ini pertama kalinya dirancang untuk pelajaran IPS, yang artinya strategi ini
tidak hanya dirancang untuk siswa bisa memahami pelajaran, tapi lebih pada
bagaimana supaya siswa bisa mengembangkan fikirannya dengan mengemukan ide,
gagasannya secara verbal, dengan tujuan akhir diharapkan siswa mampu memecahkan
permasalahan sosial sesuai dengant tingkatannya.
Kareteristik
SPPKB ini, menekankan pada proses mental pada siswa secara maksimal, dibangun
dalam nuansa dialogis dan tanya jawab secara terus menerus, bersandarkan pada
sisi proses dan hasil. Siswa ditempatkan sebagai subjek dalam proses
pembelajaran. Prosedurnya, Orientasi, pelacakkan, konfrontasi, Inkuiri,
Akomodasi, Transfer.
B.
Pendapat
Menurut Zubaidah (2013:35) dengan memberdayakan kemampuan berpikir melalui pertanyaan, di samping
siswa aktif menjawab pertanyaan ternyata hal tersebut memicu timbulnya
pertanyaan – pertanyaan baru. Pertanyaan – pertanyaan yang timbul dalam pikiran
siswa tersebut menunjukkan bahwa semakin berkembangnya penalaran siswa.
Sedangkan menurut Wahyana (1997:62) salah satu bentuk
komunikasi adalah bentuk verbal, memberi informasi, bertanya dan mendengar.
Dengan suatu pertanyaan guru, siswa dapat belajar berpikir dengan cara
berpikir, memperoleh kesempatan untuk belajar kreatif supaya menjadi kreatif,
dan menjadi sensitif karena kemampuannya.
C.
Kesimpulan
Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada kemampuan berpikir siswa dengan pemberian pertanyaan –
pertanyaan yang memacu anak untuk berpikir sehingga dapat menemukan konsep
sendiri.
Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) merupakan strategi
pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaah fakta – fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan
masalah yang diajukan. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu
saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik dibimbing untuk menemukan
sendiri melalui proses dialog dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik.
Islam
sering memberikan kata-kata motivasi yang menggugah pikiran, mengarahkan
pemahaman, dan membangkitkan kepekaan indera dan emosi. Sebagai contoh adalah
ketika mengakhiri penjelasan ayat-ayat tentang alam dan hukum, semisal firman
Allah Swt:
إِنَّ
فِي ذلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ. سورة الروم: 24
“Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.” (QS. ar-Rum: 24).
BAB 12
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF (SPK)
A.
Kandungan
Isi Bab 12
Strategi pembelajaran kooperatif (kelompok)
merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Ada 4 unsur penting dalam SPK,
yaitu: ada peserta dalam kelompok, adanya aturan dalam kelompok, adanya upaya
belajar setiap kelompok, adanya tujuan yang harus dicapai. SPK digunakan
apabila guru menekankan pentingnya usaha kelompok dari pada individu. Jika guru
menghendaki adanya kerjasama antar siswa.
Karekteristik
SPK adalah didasarkan pada manajemen koorperatif, adanya kemampuan untuk
bekerjasama, dan keterampilan bekerjasama. Prinsipnya, yaitu: ketergantungan
positif, tanggungjawab perseorangan, interaksi tatap muka, parisipasi dan
komunikasi. Prosedur pelaksanaan, yaitu: Penjelasan materi, belajar dalam
kelompok, penilaian, pengakuan tim.
Kelebihan
dalam SPK, yaitu: siswa tidak tergantung pada guru, adanya rasa percaya diri
pada kemampuan siswa dalam belajar. Sedangkan keterbatasan SPK adalah: adanya
keterhambatan pada siswa yang memiliki kemampuannya dalam kelompok, karena
harus menyesuaikan yang lainnya, sedangkan pada siswa yang terbelakang
seringkali tidak bisa mengikuti cara belajar kelompok seperti itu.
B.
Pendapat
Majid
(2013:174) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) merupakan
bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4
sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Rini
(2010:12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Pendekatan kontekstual itu sendiri
menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar agar
kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang
sedang dialaminya. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain dengan kemampuan
yang heterogen.
C.
Kesimpulan
Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompom-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.
Pada pembelajaran kooperatif ini,
setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Pada pembelajaran
ini, menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana
yang kondusif dimana siswa dapat memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan,
sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi
kehidupannya di masyarakat.
Islam
memang mengajarkan bekerjasama yang baik untuk mewujudkan tujuan yang baik
وَتَعَاوَنُوا عَلَى
الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ. سورة
المائداة: 2
"bekerjasamalah
kalian dalam hal kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah bekerjasama dalam hal
dosa dan permusuhan". (QS.
Al-Maidah: 2).
BAB
13
STRATEGI
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)
A.
Kandungan
Isi Bab 13
Strategi
pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga
siswa terdorong untuk melakukannya dalam kehidupan yang nyata.
Dari
konsep tersebut, ada 3 hal yang harus dipahami,
1.
Adanya
keaktifan siswa,
2.
Adanya
hubungan antara materi dengan kehidupan nyata,
3.
Mendorong
siswa untuk melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Filosofis
asas CTL yaitu: Konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, penilaian nyata. Prosedurnya: pendahuluan, inti
(dilapangan, di dalam kelas, penutup).
B.
Pendapat
Menurut
Suyadi (2013: 81) Strategi pembelajaran kontekstual merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara
penuh untuk dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
realitas kehidupan nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan
menurut Elaine B. Johnson dalam Ibnu Setiawan (2010: 67); Pembelajaran
kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang membantu para siswa melihat
makna di dalam materi yang mereka pelajari dengan menghubungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun
menurut Masnur (2014: 41): Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching
and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
C.
Kesimpulan
Dari
berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
sebuah pembelajaran dimana seorang guru mengaitkan materi pembelajaran dengan
realitas kehidupan peserta didik dan memotivasi siswa untuk mendapatkan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan dengan caranya sendiri sehingga pengetahuan yang ia
dapatkan lebih bermakna dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan sekedar mentransfer pengetahuan dari guru.
Manusia memiliki potensi untuk
mengetahui, memahami apa yang ada di alam semesta ini. Serta mampu
mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan fenomena yang lainnya. Karena
hanya manusia yang disamping diberi kelebihan indera, manusia juga diberi
kelebihan akal. Yang dengan inderanya dia mampu memahami apa yang tampak dan
dengan hatinya dia mampu memahami apa yang tidak nampak. Dalam al-Qur’an surat
al-Baqarah ayat 31 disebutkan:
وَعَلَّمَ
آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا... سورة البقرة: 31
“Allah
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya”. (QS.
Al-Baqarah: 31).
Yang dimaksud
nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti
manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.
BAB
14
STRATEGI
PEMBELAJARAN AFEKTIF
A.
Kandungan
Isi Bab 14
Dalam
UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional adalah berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang
bermatabat, dalam rangka mencardaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya
potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Rumusan
tujuan diatas sarat dengan pembentukkan sikap atau afektif yang berhubungan
erat dengan nilai, yang sulit untuk diukur. Hakikat Nilai dan sikap, nilai
adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada dalam dunia empiris. Berkaitan dengan pandangan
seseorang tentang baik, buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak.
Douglas
graham (Gulo, 2002) melihat empat faktor kepatuhan seseorang terhadap nilai,
yaitu : normativist (kepatuhan terhadap hukum), Integralist (kepatuhan terhadap
hal-hal yang rasional), Fenomenalist (kepatuhan terhadap suara hati atau basa
basi), Hedonist (kepatuhan terhadap diri sendiri). Proses pembentukkan sikap,
yaitu: Pola pembiasaan, modeling. Strategi pembelajaran afektif diantaranya,
antara lain yaitu : model konsiderasi, dan model pengembangan koqnitif. Teknik
mengklasifikasi nilai, yakni: kebebasan memilih menghargai berbuat.
Kesulitan
dalam pembelajaran afektif adalah belum adanya kurikulum penuh dalam menanamkan
nilai, sulitnya melakukan kontrol, tidak bisa dievaluasi secara langsung,
kuatnya pengaruh lingkungan dengan kemajuan teknologi.
B.
Pendapat
Menurut
Allport dalam Djali (2009: 114) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan
dengan sikap dan nilai. Sikap adalah suatu kesiapan mental dan syaraf
yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada
respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan
objek itu. Sikap tidak muncul ketika dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk
melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang.
Domain
afektif yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah
dan terjadi bila siswa menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian
mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan
menentukan tingkah laku (Arifin, 2010: 22).
C.
Kesimpulan
Strategi
pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai
pendidikan kognitif saja, akan tetai juga bertujuan untuk mencapai dimensi
lainya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang
sulit di ukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam,
afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sikap
yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila siswa menjadi sadar
tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian
dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
Islam
menekankan manusia beramal terhadap ilmu yang telah didapat, jika amalnya baik
maka balasannya juga baik, jika amalannya jelek maka balasannya juga jelek
مَنْ عَمِلَ صالِحاً فَلِنَفْسِهِ
وَمَنْ أَساءَ فَعَلَيْها. سورة فُصِّلَتْ: 46
"Barangsiapa
bebuat amal kebaikan maka akan bermanfaat bagi dirinya, dan barang siapa
berbuat amal kejelekan maka akan memberatkan dirinya sendiri". (QS. Fussilat: 46).
ANALISIS BUKU
A.
Kesimpulan
Buku
Standar
proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Standar proses pendidikan berfungsi sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pendididikan di Indonesia. Standar Proses Pendidikan ditentukan
oleh Standar Kompetensi Lululusan dan Standar Isi.
Dalam rangka
penerapan pembelajaran yang berorientasi standar proses pendidikan maka
paradigma bahwa mengajar hanya sekedar proses penyampaian pengetahuan saja
harus di ubah menjadi pradigma baru yaitu mengajar adalah proses mengatur
lingkungan. Guru juga harus mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai dengan
standar proses pendidikan untuk kemudian menerapkannya.
Buku
ini menyajikan ragam strategi pembelajaran yang sesuai dengan Standar Proses
Pendidikan yang berlaku. Strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa,
ekspositori, inkuiri adalah beberapa tema strategi pembelajaran yang dibahas di
sini. Kerangka teori, konsep, dan prinsip, serta contoh pengeplikasian setiap
strategi pembelajaran diuraikan setahap demi setahap guna memandu pembanca
untuk memahami, memilih, dan menerapkan strategi yang sesuai dengan lingkungan
pembelajaran.
B.
Pelajaran
yang dapat diambil
Melalui buku ini akan membuka paradigma berpikir kita
mengenai strategi pembelajaran yang sesuai standar proses pendidikan.
Buku ini mengulas tentang perlunya standar proses pendidikan, baik dari
segi hukum perundang undangan, arah yang ingin dicapai, komponen-komponen
dalam sistem pembelajaran, tujuan, fungsi serta implementasi dan keterkaitan
dengan standar lainnya.
Dalam buku
ini guru dapat terbantu menguraikan mengenai kompetensi pembelajaran yang
harus dicapai dalam proses pembelajaran, dan pentingnya pelajaran yang akan di
pelajari, dengan melibatkan peran aktif peserta didik, sehingga menjadi lebih
antusias untuk megikuti pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran sehingga
tidak membosankan. Dengan demikian tercipta suatu proses pembelajaran yang
kondusif dan menyenagkan.
Disamping itu
juga, buku ini memberi memotivasi pada para pendidik mengenai
profesi pendidik sebagai jabatan yang profesional serta komponen yang sangat
penting dalam proses pendidikan. Sehingga menjadi tahu tentang tugas dan
fungsinya, kompetensi yang harus dimiliki, serta peran penting yang dimiliki
dalam proses pembelajaran.
C.
Kelebihan
dan kekurangan
Didalam buku ini
dikupas beberapa
strategi pembelajaran yang berbeda dengan strategi pembelajaran
konvensional, lebih berorientasi pada proses bukan sekedar hasil.
Dilengkapi contoh-contoh pembelajaran berbasis proses yang lebih interaktif dan
aplikatif, antara pengajar dan yang diajar serta keterkaitan dengan lingkungan
dan masyarakat. Disertai konsep-konsep dan teori-teori pembelajaran dan
penerapannya, serta metode dan pemanfaatan sarana dan media pembelajaran
sesuai standar proses pembelajaran.
Tak heran jika buku ini sangat berguna bagi kita karena
ditulis oleh orang yang cukup berpengalaman dibidangnya sesuai dengan disiplin
ilmu yang dimilikinya dan telah terbukti dengan artikel-artikel hasil
penelitiannya dijurnal-jurnal, serta beberapa bukunya yang telah diterbitkan.
Struktur yang tersusun secara baik dan teratur, Pembagian bab dan topik
terarah, dilengkapi dengan gambar, grafik dan table yang memberi
informasi secara jelas dan mendetail. Buku ini juga menjelaskan dalam bentuk
kalimat yang tidak terlalu rumit sehingga mudah dipahami oleh pembacanya.
Namun, untuk
sebagian orang buku ini akan terkesan membosankan. Buku ini tidak menyajikan
gambar-gambar berwarna melainkan hitam-putih saja sekalipun relevan dengan
topik yang dibicarakan dan cukup memberi gambaran serta informasi yang jelas.
Agar tidak terkesan membosankan, ada baiknya gambar-gambar yang disajikan oleh penulis
diberi warna, sehingga akan terlihat lebih menarik.
Terlepas dari kekurangan-kekurangannya, Buku Strategi
Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Pendidikan ini, dapat digunakan
sebagai referensi yang baik bagi guru pada khususnya dan bagi semua pembaca
pada umumnya. Diharapkan setelah membaca buku ini para guru dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar, serta dapat mengimplementasikan
pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pendidikan dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah sehingga salah satu permasalahan pendidikan yaitu
lemahnya pembelajaran dapat diatasi. Bagi mahasiswa STAIM, dapat dijadikan
salah satu sumber dalam menyelesaikan tugas akhir.
REFERENSI
TAMBAHAN
1.
Abdul
Majid. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012.
3. Achmadi.
Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanis Teosentris, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005.
4.
Ahmad
Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Putaka Firdaus, 2006
6.
B.S.
Sidjabat, Mengajar Secara Profesional.
Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993.
7.
Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara. 2009.
8.
Departemen Agama RI., al-Qur’an dan
Terjemahnya, Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994.
9.
Eny Zubaidah. Draf Penulisan Buku Kesulitan
Membaca Permulaan Pada anak. Yogyakarta: Fakultas Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta. 2013.
10. Elaine B.
Johnson, Contextual Teaching and Learning, Terj. Ibnu Setiawan. Bandung:
Kaifa, 2010.
11.
Isriani
Hardini, Strategi pembelajaran terpadu. Yogyakarta: Familia. 2012.
12.
Jennah
Rodhatul, Media Pembelajaran, Antasari Press, Banjarmasin, 2009.
13. Masnur Muslich,
KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara, 2014.
14.
Moh.
Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
1994.
15.
Mukodi,
Pendidikan Islam Terpadu:Reformulasi Pendidikan di Era Global, Yogyakarta:
Aura Pustaka, 2011..
16. M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan,Kesan
danKeserasian al-Qur’an,, Jakarta : Lentera Hati, 2002.
17.
Muhibbin
Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 2006.
18.
Syaiful Bahri Djamarah & A.Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
19. Muhaimin, Rekonstruksi
Pendidikan Islam dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, hingga
Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo, 2009.
20.
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Bandung: Balai Pustaka 2001
21. Oemar Hamalik. 2005. “Proses Belajar
Mengajar”. Jakarta : Bumi Aksara.
22. Sunardi Nur, Strategi dalam Pembelajaran ; menjadi Pendidik
Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990.
23.
Soetopo Hendyat, Pendidikan &
Pembelajaran Teori, Permasalahan dan Praktek, Malang: Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang, 2005.
24.
Suryo Subroto. ”Proses Belajar Mengajar di Sekolah”. Jakarta: Rineka
Cipta. 2002.
25.
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
26.
Sulistyo
Dewi Wahyu Rini. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
JigsawUntuk Meningkatkan Hasil Belajar (Pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I
Mahasiswa D 3 Kebidanan Stikes Bhakti Mulia Pare Kediri). Tesis.
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
27.
Trianto. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. 2009.
28.
Ujang
Sukandi. Belajar Aktif dan Terpadu. Jakarta: The Brithis Council, 2001.
29.
Wahyana. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Yogjakarta: Rajawali Press.1997.
30.
Yatim
Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta,
2009.
31.
Zainal Arifin. Penelitian Pendidikan Metode
dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.
alhadulillah sangat membantu
BalasHapus